DI tengah jalanan kota yang mulus, kian banyak saja sedan cantik yang meluncur lincah. Sedan-sedan mulus itu seolah berlomba pamer keelokan, kenyamanan, dan gengsi. Agaknya, mereka bersaing keras untuk bisa tampil sebagai primadona jalan raya dan laris di pasaran. Persaingan sedan, pada kelas 1.600-2.000 cc, kini memasuki babak baru. Persaingan bukan cuma di make up atau desain yang anggun. Mereka juga menonjolkan keandalan mesin. Nah, dalam soal mesin ini, ada hal baru yang "dijual". Mereka berlomba mengibarkan mesin dengan sistem 16 katup (valve). Lihat saja Mitsubishi New Eterna 2.000 cc. Panel bodinya berkontur halus, mengesankan kelembutan. Kokpitnya nyaman dan bemper belakang sangat menawan. Eterna, yang mulai dipasarkan akhir 1988, adalah figur sebuah sedan 16 valve mutakhir. Tapi untuk menggapai predikat primadona jalan raya, Eterna harus bersaing dengan produk lain. Jauh hari sebelumnya, Toyota telah menggulirkan sedan seri Corolla yang sportif dan Corona yang anggun. Nissan tak mau ketinggalan. Dia meluncurkan Sport Coupe 1.600 cc, dua bulan lalu. Sementara itu, Honda masih tetap mengandalkan Grand Civicnya. Persaingan sedan 16 valve tampak semakin ketat. Iesin 16 katup itu agaknya kini lagi naik daun. Ia punya daya tarik yang kuat bagi calon pembeli. Pada sistem baru ini, empat buah katup dipasang pada setiap silinder. Dua katup untuk mengalirkan udara plus gas bakar pada ruang pembakaran, dua yang lain untuk mengalirkan gas buang. Dengan adanya 4 katup pada setiap piston -- dalam sedan-sedan 4 silinder itu -- pembakaran terjadi lebih sempurna. Hasilnya: konsumsi bahan bakar lebih irit, sementara daya pacu yang dihasilkan jauh lebih besar. Rancangan mesin 16 katup itu diilhami oleh mesin-mesin mobil balap yang bertenaga besar. Namun, dari pelbagai desain mesin 16 katup ini, tiap pabrik menampilkan keunikannya yang dianggap sebagai keunggulannya. Keluarga Mitsubishi, yang melahirkan New Eterna, misalnya, menganut prinsip DOHC-(Double Over-Head Camshaft) murni, seperti juga yang dipilih Nissan. Kerabat Toyota menganut asas lain, dan memodifikasi DOHC itu menjadi Twin Cam. Sementara itu, keluarga Honda agak ketinggalan menghadirkan sedan 16 katup mutakhir ke Indonesia. Raksasa mobil yang satu ini masih mencoba bertahan dengan Grand Civic, yang hanya punya fasilitas SOHC (Single Over-Head Camshaft). Perbedaan DOHC murni dan Twin Cam terletak terutama, pada sistem mekanisme gerak poros Cam yang mengontrol gerak katup-katup itu. Pada DOHC murni, katup-katup itu dikontrol oleh dua buah poros Cam yang bebas satu sama lain. Sedangkan pada Twin Cam, kedua poros itu posisinya didekatkan, dan keduanya berhubungan lewat sebuah gir scissor. Pada SOHC, mekanisme gerak itu dikontrol hanya oleh sebuah poros Cam. Tiap "aliran" itu masing-masing memang menjanjikan keunggulan tersendiri. Namun, secara umum, kelompok 16 katup ini dinilai punya ruang pembakaran yang lebih efisien dibanding mesin tradisional yang terdiri dari 8 katup. Seorang mekanik kawakan Tony Ang, dari PT Permorin (Mitsubishi yang membuat Eterna) menyebutkan, sistem 16 katup memungkinkan penghematan bahan bakar 1a sampai 20 persen, jika dibandikan mobil 8 katup dengan karburator biasa itu. Tonny tentu saja menjagokan New Eterna. "Sedan ini bisa dipacu dengan kecepatan tinggi pada persneling rendah?" katanya. Sebaliknya, dia juga sanggup berjalan melenggang pelan pada persneling tinggi. Apa rahasianya? Tony menunjuk sistem putar beliung (cyclone system) yang dipakai pada New Eterna. Sistem itu memungkinkan dimanfaatkannya limbah bahan bakar berbentuk gas -- yang dibuang pada sistem karburator -- sebagai tenaga ekstra. New Eterna lumayan laku di pasar. Pada bulan pertama saja, 300 unit sedan ini terjual habis. Dari jumlah itu, 200 unit dari tipe New Eterna SOHC (Rp 59,5 juta), dan seratus di antaranya dari tipe DOHC murni (Rp 64,5 juta) on fhe road. Nissan Coupe (1.600 cc) memang mengaku kalah dalam hal tenaga dibanding New Eterna yang 2.000 cc dengan DOHC itu. Namun, ia punya kebanggaan tersendiri, yakni dengan mikroprosesor yang mengontrol frekuensi pengapian. Sistem komputer pada mobil sport ini cocok untuk kondisi lalu lintas kota, yang kadang padat dan kadang lengang. Optimasi bahan bakar bisa dicapai. Pada awal pemunculannya, Nissan Coupe -- Rp 58,5 juta on the road -- laku 40 unit sebulan. Kerabat Toyota, yang punya tradisi dengan mesin-mesin tangguh, agaknya optimistis menghadapi persaingan ini. Tawaran kenyamaman mengemudi tampaknya tetap diutamakan oleh Toyota. "DOHC murni hanya cocok untuk ngebut di jalan datar. Tapi untuk kondisi jalan berbelok-belok dan naik turun. sistem Twin Cam Toyota lebih bisa diandalkan," ujar seorang mekanis senior Astra. Lagi pula, tambahnya, jarak antara dua poros Cam yang berjauhan pada DOHC murni, plus gerak poros yang masing-masing berdiri sendiri, menimbulkan kebisingan mesin yang lebih tinggi. Tapi sinyalemen "bising" itu dibantah oleh Tony Ang. "Berkat silence shaft, kebisingan dan getaran mesin pada Eterna bisa diredam," kata Tony. Dalam arena 16 valve ini, keluarga Toyota meluncurkan 4 produk, yakni Corolla Twin Cam 1.6()0 cc (Rp 47,4 juta), Corolla Liftback yang sportif 1.600 cc (Rp 50,2-Rp 50,6 juta), Corona Ex Saloon 1.600 cc (Rp 55,3-Rp 55,9 juta), dan Corona 2.0 Ex Saloon G 2.000 cc (Rp 62,5-Rp 64,95) juta. Honda, yang mengandalkan Grand Civic 2.000 cc (Rp 48 juta) tampak rendah hati menghadapi persaingan ini. Memang, mesin tipe SOHC pada sedan ini tak secanggih DOHC atau Twin Cam. "Tapi sesungguhnya, mesin SOHC inilah yang perawatannya mudah," kata seorang mekanik Honda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini