Kisah persahabatan petani dan kerbaunya sering mengharukan. Kisah ini, yang baru berakhir dua pekan lalu, salah satunya. Kerbau itu dimiliki oleh keluarga petani di Kaithal, India, dengan membelinya di pasar hewan. Setelah dibayar, kerbau dituntun pulang. Begitu kerbau dan petani itu tiba di rumah, buru-buru istrinya menyediakan makanan, dedak dan gula, buat si kerbau Maklum, perjalanan dari pasar ke rumah cukup jauh, cukup melaparkan. Agar cerita jadi jelas, baiklah flashback sedikit. Sebelum suaminya datang, mungkin mau pamer kepada kerbau barunya, istri itu mengeluarkan semua perhiasannya, dan menaruhkannya di baskom tempat biasanya ia mencampurkan makanan ternak. Sialnya, istri itu tak ingat lagi bahwa ada kalung, anting, dan gelang emasnya ketika mencampurkan dedak dan gula di baskom. Begitu teringat, terlambat sudah. Baskom sudah ludes, dan perhiasannya ke mana lagi pergi kalau tak ke perut kerbau. Gegerlah kampung petani itu. Perhiasan itu tak murah. Ditaksir harganya mencapai US$ 2.000. Tetangga menyarankan agar mereka menyembelih saja kerbau itu dan membelah perutnya. Keluarga petani itu menolak. Mereka tak mau mengkhianati kerbau barunya. Dan sejak itu kasih sayang terhadap kerbau itu ditingkatkan: tak semenit pun si kerbau lepas dari pengawasan. Dan tak sececer pun kotoran kerbau itu lepas dari pemeriksaan mereka, kalau-kalau perhiasan si istri ada di dalamnya. Rupanya, kesabaran mereka membawa hasil, yakni ketika dua pekan lalu si kerbau mati karena usia, bukan dibunuh. Segeralah perutnya dibelah dan semuanya -- kalung, anting, dan gelang emas utuh ditemukan. Kerbau itu rupanya tahu membalas budi, menjaga perhiasan istri petani dengan ketat: ia tak mau mengeluarkan perhiasan itu bersama kotorannya, takut barang-barang emas itu ditemukan oleh orang lain. Disimpannya perhiasan itu dalam perutnya selama 12 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini