DILI masih akan menarik perhatian orang pekan-pekan ini. Kali ini, cerita akan berpusat di pengadilan. Filismina Dos Conciciao, Amaro De Araujo, dan Afonso Ranggel adalah para terdakwanya. Mereka inilah yang dianggap bertanggung jawab atas bocornya dokumendokumen penting yang termasuk rahasia negara. Kejahatan yang dituduhkan pada ketiga orang ini terjadi jauh hari sebelum tragedi 12 November itu meletus. Ketiga orang ini dituduh membocorkan telegram rahasia dari Jakarta ke Dili tentang rencana kedatangan delegasi Parlemen Portugal. Dokumen lain adalah telegram dari Kepala Tim Analisis Intelejen di Dili untuk Direktur C, Badan Intelejen Strategis ABRI. Telegram nomor 35/VI/1991 bertanggal 4 Juni 1991 ini sebenarnya adalah laporan bahwa Gubernur Timor Timur, Mario Viegas Carascalao, telah mengadakan wawancara lewat telepon dengan RTP, jaringan televisi milik Portugal. Dokumen terakhir inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh media Portugal untuk melakukan kampanye antiPemerintah Indonesia. Koran Publico terbitan Agustus 1991, misalnya, menulis besar-besar "Indonesia mematamatai Gubernur Timor Timur". Publico menggunakan bocoran telegram itu sebagai bukti tuduhannya yang bombastis. Menurut penyidikan aparat keamanan, kebocoran ini ternyata bermula dari Filismina Dos Conciciao, yang biasa dipanggil Mina. Gadis berusia 29 tahun ini adalah pegawai negeri sipil yang bekerja di Komando Resort Militer 164 Dili. Posisinya sangat strategis, di bagian sekretariat Panglima Komando Pelaksana Operasi Timor Timur. Tentu saja, semua surat penting ada di sini. Dua telegram ini diam-diam difotokopi dan diserahkan ke Amaro. Dari sini, dokumen rahasia ini berpindah tangan ke Afonso. Perjalanan terus berlanjut ke luar negeri. Menurut sebuah sumber militer di Dili, dokumen rahasia ini diselundupkan lewat dua turis ke Australia. Baru setelah itu dikirim ke Portugal dan kemudian disiarkan oleh Publico itu. "Mina itu memang sengaja ditanamkan musuh sejak 1983," kata sumber TEMPO di Dili. Menurutnya, Mina adalah salah seorang anggota Clandestine, kelompok bawah tanah milik Fretilin yang juga aktif menyelundup ke berbagai instansi pemerintah. Sebenarnya, cewek yang tak banyak omong dan selalu kelihatan tertutup ini sudah diamati sejak lama. Terlebih lagi ia juga pernah terlihat ikut demonstrasi di Lesudere,1989. Masih untung buat Mina, yang sudah yatim piatu sejak 1985. Ia tidak dituduh subversi seperti rekan-rekannya yang terlibat demonstrasi 12 November. Ketiga orang ini dibawa ke pengadilan karena kesalahan: "...mengumumkan surat, berita, atau keterangan yang diketahuinya bahwa harus dirahasiakan untuk kepentingan negara...." Ancaman hukumannya, tujuh tahun penjara. Sebuah sumber militer lain menjelaskan, Mina dan kawankawan tidak terkena tuduhan subversi karena pelanggarannya dinilai tak terlalu membahayakan. Surat itu memang bersifat rahasia. "Bobot dan dampak pembocoran itu tak seberapa sehingga tak perlu subversi," kata sumber ini. Sayangnya, sampai pekan lalu tak sebuah pun sumber resmi bersedia berbicara banyak. Ketua Pengadilan Negeri Dili, P. Sinaga, yang juga akan menjadi hakim dalam persidangan, hanya berkomentar pendek. "Sebaiknya menunggu persidangan yang akan dimulai 20 Januari nanti." Tampaknya, persidangan yang dimulai Senin lalu itu akan berjalan dengan sangat menarik. Sebab, masih ada beberapa fakta yang bisa jadi bakal terungkap. Sebuah sumber di kalangan militer menyebutkan, sebenarnya dokumen yang diselewengkan oleh Mina dkk. bukan hanya itu. Menurut sumber tadi, ada laporan Panglima tentang situasi Tim-Tim yang juga dibocorkan. Selain itu, dari tangan Afonso bocoran dokumen rahasia itu disebut-sebut tak langsung terbang ke luar negeri. Menurut pengakuan salah seorang terdakwa kepada penyidik, dokumen rahasia itu sempat mampir ke orang penting di Dili sebelum diselundupkan. Itu baru pengakuan. Mungkin pengadilan bisa membuktikannya. Yopie Hidayat (Jakarta), Ruba'i Kadir (Dili)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini