Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Santri Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan, wajar saja jika suara santri diperebutkan di tahun politik. Sebab, jumlah suara santri sekitar 10 juta suara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi kalau bisa memegang hati santri, ya, 10 juta suara. Itu baru jumlah konkretnya, belum lagi para alumni-alumninya" ujar Muhaimin Iskandar di Tasikmalaya, pada Senin, 22 Oktober 2018.
Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago sebelumnya mengatakan, dalam setiap hajatan pemilu suara kalangan santri selalu menjadi rebutan, mulai dari kontestasi tingkat lokal sampai pada level nasional. Hal tersebut, ujar dia, wajar karena ceruk segmen suara santri ini cukup besar dan bisa mendongkrak elektabilitas.
"Para politisi sangat paham akan keberadaan kaum santri yang secara proporsi sangat besar dan akan sangat mempengaruhi peta politik. Sehingga sangat wajar dukungan dari segmen ini memberi kontribusi yang sangat besar terhadap tingkat keterpilihan dalam setiap hajatan konstestasi elektoral," ujar Pangi lewat keterangannya, kemarin.
Terlebih, ujar Pangi, secara kultural para santri sangat manut, taat dan patuh pada titah para kiai yang mereka anggap sebagai pemimpin dan guru mereka. "Dengan demikian, suara santri ada di tangan kiai. Untuk mendapatkan dukungan politik dari kalangan santri para politisi mutlak harus melakukan pendekatan yang intens pada para kiai sebagai pemegang otoritas di wilayah pesantren," ujar dia.
Belakangan, dua pasang calon presiden dan calon wakil presiden yang akan berlaga di pemilihan presiden 2019, memang kerap mengunjungi pesantren dan kiai. Mereka mengklaim kunjungan-kunjungan tersebut bukan untuk berkampanye, melainkan silaturahmi sekaligus meminta dukungan dan restu.