Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Aman Periksa bagi Lansia

Orang lanjut usia adalah kelompok yang lebih berisiko tertular penyakit. Pemeriksaan kesehatan terhadap mereka tetap perlu dilakukan meski di tengah masa pandemi.

10 Oktober 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lansia di tengah mewabahnya Covid-19. TEMPO/Nita Dian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Beberapa hari lalu, Wella, 40 tahun, jurnalis yang tinggal di Kalibata, Jakarta Selatan, mengantar ibunya kontrol kesehatan di klinik langganan di daerah Pancoran. Selama masa pandemi, ia bergantian dengan kakaknya mendampingi sang ibu, 70 tahun, untuk cek kolesterol, jantung, dan gula darah. Sebelumnya, ibunya biasa pergi sendiri. "Kalau saya sedang libur, saya temani," ujar Wella, Senin lalu. "Selama Covid, kami selalu menemani."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendampingan kepada orang lanjut usia saat pemeriksaan kesehatan memang perlu dilakukan di tengah masa pandemi ini agar mereka merasa aman dan nyaman. Sebab, selama pandemi, banyak lansia yang takut dan khawatir untuk periksa kesehatan, padahal itu penting bagi mereka.

"Checkup ini deteksi faktor risiko penyakit, deteksi dini dari penyakit dan pencegahan, serta menjaga kesehatan," kata dr Anastasia Asylia Dinakrisma SpPD dari Divisi Geriatri FKUI RSCM dalam seminar online "Medical Checkup Lansia", yang diadakan Persatuan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi), Kamis pekan lalu.

Dalam seminar Medical Checkup Lansia itu ditekankan bahwa pada masa pandemi, pendampingan kepada orang lansia sangat penting karena mereka merupakan kelompok yang berisiko besar terjangkit Covid-19. Apalagi, selama pandemi, banyak lansia yang takut dan khawatir untuk periksa kesehatan. Padahal itu penting bagi mereka.

Kelompok lansia terbagi menjadi tiga kategori, yakni lansia muda (60-69 tahun), madya (70-79 tahun), dan tua (80 tahun ke atas). Angka harapan hidup saat ini 71,5 tahun dan harapan sehat 62 tahun. Berdasarkan data, para orang lansia umumnya menderita sakit sendi (73,7 persen), hipertensi (13,2 persen), paru (9,6), stroke (9,5 persen), diabetes melitus (9,3 persen), dan jantung (9,3 persen). Namun lansia juga sering mengalami sindrom geriatric, yakni keluhan-keluhan fisik dan masalah psikologis yang dipicu oleh kondisi sosial, ekonomi, hingga lingkungan. "Misalnya dia ada infeksi karena lingkungan tidak bersih, atau gangguan ekonomi setelah dia pensiun."

Anastasia menjelaskan perlunya checkup dan pendampingan dari keluarga serta konsultasi dengan dokter. Ada banyak checkup atau screening yang bisa dilakukan, seperti pengkajian paripurna geriatric, faktor risiko kardiovaskular, diabetes melitus, kanker, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. "Harus kolaborasi dengan dokter dan keluarga. Periksa ini untuk apa, manfaatnya, tindakan selanjutnya apa,” ujarnya.

Karena itu, dia menyarankan pilihan medical checkup juga mempertimbangkan riwayat penyakit, kondisi individu, dan faktor risiko. Selain pemeriksaan penyakit yang cukup berisiko, seperti kardiovaskular, diabetes, dan kanker, pengecekan gangguan penglihatan dan pendengaran dinilai penting. Banyak yang menyepelekannya karena hal itu dianggap kewajaran menuju ketuaan dan menurunnya fungsi organ. "Ini berkaitan dengan depresi. Misalnya tidak bisa nonton TV, tidak bisa dengar cerita. Jadinya, dia terisolasi dan depresi," ucapnya.

Anastasia menekankan, dalam pemilihan checkup kesehatan, baik orang lansia maupun pendampingnya perlu berkonsultasi lebih detail dengan dokter berdasarkan pertimbangan di atas. Ia juga menyarankan agar pendamping dan lansia memilih fasilitas kesehatan yang ramah lansia, seperti adanya ruang khusus, protokol kesehatan, atau telekonsultasi.

Ketua Pergemi Prof DR dr Siti Setiati SpPD KGer MEpid menyatakan saat ini hanya 15 persen orang lansia yang sehat. Di masa pandemi ini, potensi lansia terpuruk semakin besar karena harus tetap tinggal di rumah agar tidak tertular. "Dampaknya adalah lansia terisolasi, cemas, khawatir, dan depresi," ujarnya dalam video yang disiarkan di saluran Geriatri TV di YouTube itu. Secara nasional, sekitar 16 persen dari total kasus Covid-19 adalah populasi lanjut usia dengan angka mortalitas sekitar 44 persen.

Adapun ketua panitia, dr Nina Kemala Sari SpPD KGer, mengatakan tidak semua orang lansia rentan, kecuali yang mempunyai risiko penyakit. Fasilitas kesehatan dari semua level perlu meningkatkan fasilitas layanan yang lebih ramah lansia. Misalnya ruang tersendiri, tracing atau swab ditingkatkan, dan perlindungan dari penyakit kronik dengan telekonsultasi. ***

DIAN YULIASTUTI


Aman Periksa bagi Lansia

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus