Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Pendidikan vokasi turut berperan menjadi salah satu pondasi dalam mempersiapkan wirausaha muda yang unggul. Direktur SMK Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Wardani Sugijanto menyebut kebijakan Kurikulum Merdeka di SMK memberikan keleluasaan pada sekolah untuk membuat program pengembangan mata pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan (PKK).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PPK, kata Wardani, disesuaikan karakteristik masing-masing sekolah dan potensi lokal di wilayahnya. Hal itu mengemuka dalam acara yang digelar Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi bertajuk "Praktik Baik Pendidikan Vokasi untuk Menciptakan Wirausaha Muda dan Berdaya Saing" yang diselenggarakan di Pamedan Pura Mangkunegaran Solo saat momentum Hari UMKM Nasional 2023 pada Sabtu, 12 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di SMK ada jam Projek Kreatif dan Kewirausahaan yang bukan berupa mata pelajaran teori, tapi praktik membuat project based learning sesuai dengan potensinya.
"Anak-anak membuat projek kreatif didampingi guru dengan melihat potensi wilayah atau kearifan lokal, termasuk mendukung UMKM lokal, dan membuat produk yang diminati masyarakat melalui project based learning. Lalu ada juga teaching factory sebagai inkubator untuk kewirausahaan bagi peserta didik SMK,” kata Wardani.
Wardani menjelaskan pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021-2024. Dengan adanya aturan itu, Wardani mengatakan atuan pendidikan vokasi perlu menangkap peluang yang ditawarkan Perpres tersebut dengan menggenjot inovasi dari teaching factory.
Dalam talkshow itu, hadir owner One'D Lemon Muhammad Azka Farhan yang merupakan alumnus SMKN 9 Bandung. Azka membagikan kisahnya dalam merintis usaha dari awal memproduksi dan memasarkan One’D Lemon. Ia mengakui beberapa kali jatuh bangun dalam membangun usahanya itu hingga kin berhasil meraih kesuksesan.
Inspirasi usaha yang dijalankan Azka datang saat situasi pandemi Covid-19. Awalnya, ia terinspirasi untuk menjual sari buah lemon karena kebiasaan di keluarganya yang mengonsumsi air perasan lemon setiap hari.
Ketika pertama kali memulai jualan, Azka mengalami kendala saat pengiriman. Botolnya lemon menggembung dan pecah.
"Sempat gagal karena produknya sering rusak di jalan karena cairan. Lalu saya lakukan riset. Ternyata buah lemon yang digunakan salah. Waktu itu saya pakai lemon impor California yang ternyata memiliki kandungan gas tinggi," ujarnya.
Setelah bertanya kepada petani dan melakukan riset, akhirnya dia menemukan buah lemon lokal yang tepat yakni lemon premium dari Palembang. "Pas dicoba hasilnya bagus dan bisa dikirim ke seluruh Indonesia,” tutur Azka.
Untuk mendukung pemasaran produknya, Azka juga mempelajari pemasaran digital melalui media sosial untuk meningkatkan penjualannya. “Semua digelutin sendiri, mulai dari bikin konten, live streaming, semua diterapkan,” katanya.
Saat ini, Azka sudah memiliki delapan karyawan dengan omset mencapai Rp 100 juta per bulan. Azka juga tidak berhenti belajar dan melanjutkan pendidikannya kuliah di Universitas Bina Nusantara (Binus) jurusan Creativepreneurship yang mempelajari tentang manajemen bisnis.
Untuk bisa berkembang dalam dunia bisnis, Azka mengatakan seorang yang berwirausaha harus memiliki pola pikir atau mindset yang baik, tidak takut mencoba, dan harus bisa belajar dari kesalahan dan melakukan riset. “Jangan mencoba untuk menyerah dan menyerah untuk mencoba. Harus konsisten, fokus, dan profesional,” katanya.
Jatuh bangun dalam mengembang usaha juga dialami Saniyah, seorang pengusaha di bidang fesyen. Lulusan SMKN 4 Solo ini merupakan alumnus Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Ismia Karanganyar, Jawa Tengah.
Setelah lulus SMK, Saniyah sempat menjalankan usaha kecil dengan membuat tote bag bersama temannya. Kemudian, temannya memutuskan untuk kuliah, sehingga Saniyah sendiri dan berhenti menjalani usaha tersebut. Ia lalu bekerja di sebuah garmen, namun terpaksa dirumahkan saat masa pandemi sehingga sempat menjadi pengangguran.
Saniyah kemudian memutuskan untuk menambah wawasan dan keterampilannya di pendidikan vokasi dengan mengambil kursus dan pelatihan di LKP Ismia Karanganyar. Ia bahkan mendaftar program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) dan berhasil lulus seleksi.
Program PKW merupakan salah satu program unggulan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan yang bertujuan menghadirkan wirausaha-wirausaha baru melalui usaha rintisan dan berdampak mengurangi angka pengangguran.
Saniyah kini memiliki 25 karyawan dengan omzet mencapai puluhan juta per bulan. Menurutnya, pendidikan vokasi tidak hanya menyiapkannya menjadi pekerja terampil, melainkan juga menyiapkannya untuk menjadi wirausaha.
Ia pun berpesan kepada calon wirausaha muda agar jangan berhenti mencoba dan tidak cepat menyerah. “Buat yang masih merintis usaha, jangan pernah berhenti mencoba. Kalau gagal, coba terus sampe sukses, harus belajar dari kegagalan,” katanya.