Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perjalanan Deslya Anggraini sebagai atlet pencak silat bermula saat dirinya duduk bangku kelas 3 SD. Hingga menyelesaikan kuliahnya, Deslya yang merupakan anak sopir angkot itu terus menunjukkan prestasi membanggakan di bidang olahraga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saat kelas 3 SD saya pindah ke sekolah baru. Untuk pertama kalinya saya mencoba untuk ikut teman saya mengikuti ekstrakurikuler Pencak Silat,” kata Deslya dikutip dari laman Pusat Prestasi Nasional, Jumat, 24 November 2023.
Saat mengikuti ekstrakulikuler itu, pelatih melihat bakat dalam diri Deslya. Bahkan, saat Deslya sempat tak hadir latihan, pelatih datang ke rumahnya untuk berkomunikasi langsung dengan orang tua soal bakat anaknya.
“Pelatih mencari nama, kelas, dan alamat rumah saya. Pelatih saya berkomunikasi langsung ke orang tua saya agar saya di-support untuk terus mengikuti latihan Pencak Silat dengan alasan saya memiliki bakat kala itu,” kata Deslya.
Prediksi pelatih Deslya seolah tak meleset. Pada 2008, Desyla menorehkan prestasi pertamanya dengan meraih medali emas di ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) jenjang SD pada cabor Pencak Silat. Momen itu menjadi langkah awal Deslya untuk menjadi atlet tingkat nasional.
Deslya terus fokus dengan pencak silat dengan tetap melanjutkan pendidikannya. Pada 2015, ia melanjutkan studi di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) di program studi Administrasi Bisnis Terapan. Pada tahun yang sama, ia pun menyabet medali emas di ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) Aceh.
“Di awal semester saya hampir di DO karena tidak bisa mengikuti perkuliahan dengan baik karena padatnya jadwal latihan pagi dan sore,” kata Deslya.
Deslya juga meraih medali emas pada gelaran Pomnas Makassar 2017 dan Pomnas Jakarta 2019. Tahun 2019 itu menjadi momen terakhir Deslya mengikuti kompetisi sebagai mahasiswa. Sebab, bertepatan dengan periode kompetisi, ia juga diwisuda.
“Alhamdulillah setelah penyisihan jadwal pertandingan berubah dan di tanggal tersebut saya diizinkan untuk wisuda," kata Deslya.
Deslya melanjutkan karirnya sebagai atlet dengan mengikuti SEA Games Kamboja 2023 pada cabang olahraga (cabor) Kun Bokator. Sebuah pengalaman baru untuk Deslya karena Kun Bokator merupakan cabor baru yang dipertandingkan di SEA Games dan cabor tradisional asal Kamboja. Dalam waktu tujuh bulan ia mempelajari dan berlatih cabor tersebut hingga meraih dua medali perunggu.
“Saya berlatih dibantu oleh dua pelatih dari Kamboja dan satu pelatih dari Indonesia. Saya mengikuti dua kategori yaitu, Women’s Single Bamboo Shield dan Miced 1 Women Defence Against 2 Men,” kata Deslya.
Di balik kesuksesan Deslya
Beragam raihan prestasi Deslya tak dicapai dengan mudah. Ada momentum yang membuat ia tak menyerah untuk menggapai mimpinya sebagai atlet pencak silat.
Ketika sedang semangat menekuni pencak silat, sepatu Deslya yang digunakan saat latihan tidak sesuai sehingga mengalami sakit pada kakinya. Hal itu pun diketahui oleh ayahnya.
Walaupun bekerja sebagai seorang sopir angkot, ayah Deslya memahami dan berusaha memperjuangkan keinginan yang ada di dalam hati anaknya tersebut. Di hari ulang tahunnya, ayahnya memberikan kado sepatu kepada putrinya itu.
“Aku tidak pernah meminta. Semua keinginanku dan kebutuhanku benar-benar aku usahakan sendiri karena sejak dulu aku selalu melihat usaha papahku yang begitu keras untuk memenuhi semua kebutuhan aku,” kata Deslya.
Sayangnya, ayah Deslya tak bisa terus menemani langkah putrinya. Ayahnya berpulang pada Juni 2023 lalu, sepulang Deslya mengikuti SEA Games Kamboja.
Perjuangan Deslya untuk berprestasi di bidang olahraga Pencak Silat ia niatkan demi membahagiakan orang-orang terdekatnya. “Sekarang tugasku terus berjuang demi Mamah. Memperjuangkan kemenangan demi kemenangan selanjutnya,” kata Deslya.
Pilihan Editor: Rahmad Adi Mulyono, Mahasiswa UM Surabaya yang Berhasil Lolos Olimpiade Paris 2024
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini