Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sudah kali ketiga ini Anitha Supriono berhadapan dengan pasien-pasien yang terinfeksi virus akibat wabah yang melanda Indonesia. Meski begitu, Anitha yang berprofesi sebagai perawat ini berpendapat virus Corona yang menyebabkan Covid-19 lebih berat dari virus-virus penyebab wabah sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anitha menjadi perawat pegawai negeri sipil (PNS) di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta sejak 2010. Sebelumnya ia adalah perawat honorer di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, selama lima tahun.
Menurut Anitha, ia masuk RSPI Sulianti Saroso ketika tengah terjadi wabah flu burung yang disebabkan virus Avian influenza. Beberapa tahun kemudian, kata dia, terjadi penyebaran virus MERS CoV yang menyebabkan penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anitha menyaksikan langsung betapa berbahayanya virus Corona yang menyebabkan Covid-19. Berdinas di ruang Intensive Care Unit (ICU), ia merawat pasien-pasien positif yang kondisinya parah dan memerlukan alat bantu pernapasan (ventilator).
Selain merawat pasien dengan ekstra, kata Anitha, para tenaga medis di ruang ICU terbebani secara psikis lantaran menyaksikan banyak pasien akhirnya meninggal. Menurut pengamatan Anitha, mereka yang sampai memerlukan ventilator memiliki harapan hidup yang lebih kecil.
"Sedih, kami sudah berjuang mengusahakan agar mereka sembuh, ujung-ujungnya meninggal. Kadang-kadang bikin kami, terutama saya, stres. Kok bisa meninggal, kapan bisa sembuhnya," kata dia.
Hingga hari ini, Ahad, 24 Mei 2020, Covid-19 telah merenggut nyawa 1.372 orang di Indonesia. Jumlah kasus positif sebanyak 22.271 dengan sembuh sebanyak 5.402 orang.