Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Blitar -Hari ini 14 Februari diperingati sebagai hari peringatan Pembela Tanah Air alias PETA melawan pendudukan tentara Jepang.
77 tahun lalu, pasukan PETA di Blitar melakukan perlawanan kepada Jepang yang telah menunjukkan tanda-tanda kekalahannya dalam Perang Dunia II.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sang inisiator adalah Shodancho, pemimpin pleton bernama Soeprijadi. Melihat kesengsaraan warga Blitar di bawah kekuasaan Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, Soeprijadi mengangkat senjata melakukan perlawanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Romusha dan perampasan hasil pertanian kerap dan memang dilakukan saat era kolonial Jepang. Tentu, hal ini menimbulkan kekecewaan di banyak kalangan PETA yang berasal dari pribumi. Perlakuan yang tidak setara antar perwira Jepang dan Indonesia didapati pada PETA.
Sebelumnya, hingga November 1944, di Pulau Jawa, setidaknya telah terbentuk 66 peleton PETA. Sedangkan di Blitar sendiri, terbentuk pada tanggal 25 Desember 1943.
Pemberontakan yang membuat sang komandan pleton hilang dan tak diketahui rimbanya hingga kini, telah direncanakan sejak September 1944.
Soeprijadi adalah anak Bupati Blitar, Darmadi. Dia mengumpulkan dukungan beberapa batalion atau daidan. Rapat juga pernah diadakan pada November 1944 dengan melibatkan beberapa beberapa daidan PETA di Jawa Timur. Ada daidan Tulungagung, Kediri, Malang, Lumajang, Madiun, juga Surabaya.
Rencana ini sepertinya diketahui Jepang. Pemberontakan dilaksanakan, Soeprijadi mengumpulkan teman-temannya. Pukul 03.00 kala itu, 14 Februari 1954, mortar ditembakkan ke tempat tinggal para pembesar sipil Jepang di Hotel Sakura.
Hingga bendera merah putih berkibar, setidaknya selama dua jam sebelum diturunkan kembali oleh Jepang di lapangan depan markas PETA Blitar.
Setelah pemberontakan ini, Soeprijadi tak diketahui rimbanya. Walau beberapa versi mengatakan dia masih hidup dan kerap mengunjungi teman-temannya yang dihukum penjara seumur hidup.
Sedangkan versi lain mengatakan ia meninggal dalam dalam pertempuran duel dengan pasukan Jepang.
Dalam Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi P.H.H. Simanjuntak menyebut, Soeprijadi sejatinya ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat setelah Indonesia Merdeka.
Namun, tak pernah muncul dan akhirnya digantikan. Soeprijadi, sang komandan PETA di Blitar itu ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada 9 Agustus 1975.
RAHMAT AMIN SIREGAR
Baca : Jasa Christian Dior Membuat Paris Menjadi Kiblat Fashion Dunia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.