Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Soeharto, Daoed Joesoef meninggal karena penyakit jantung yang sudah lama dideritanya. Daoed sempat dirawat intensif di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, sejak Sabtu pekan lalu. Ia mengembuskan napas terakhirnya pada Selasa, 23 Januari 2018, pukul 23.55.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daoed meninggalkan salah buku yang sangat berarti baginya, yaitu buku berjudul Emak. Buku itu merupakan kumpulan kenangannya bersama sang ibu yang biasa dia sapa dengan sebutan emak. Dia menulis buku itu pada 2003 atau saat usianya 77 tahun.
Baca: Mendikbud Era Orde Baru Daoed Joesoef Meninggal
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buku setebal 408 halaman tersebut merupakan memoar, peristiwa dan kenangan yang digali dari ingatannya. "Emak itu inspirasi Bapak Daoed," kata menantu Daoed, Bambang Pharmasetiawan kepada Tempo di rumah duka, Jalan Bangka VII Dalam Nomor 14, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 Januari 2018.
Bambang menuturkan Daoed sangat mengagumi ibunya, Siti Jasiah. Meski ibunya tidak pernah tidak pernah menimba ilmu di perguruan tinggi, tetapi sangat mendukung anak-anaknya untuk belajar dan bersekolah setinggi mungkin. "Karena motivasi dari emaknya itu beliau sampai meraih gelar doktor dari Universitas Sorbonne, Prancis," tuturnya.
Dalam Buku Emak, Daoed Joesoef menggambarkan sosok emaknya sebagai sosok perempuan yang nyaris tanpa cacat. Buku itu dia tulis sebagai persembahan untuk ibunya.
Baca: Obituari Daoed Joesoef, Irama Mesin Ketik dan Bertamu
Ibunya meninggal saat Daoed Joesoef dan keluarganya tengah berada Prancis. Ketika itu, Daoed yang masih menyelesaikan studinya, tak bisa mengantarkan jenazah ibunya hingga ke liang kubur.