Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dari Subrantas Sampai Cigaru

Berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan. alm. gubernur Subrantas dari Riau membentuk crash program. di Cigaru (Ja-bar) penduduknya dibimbing mengolah tanah dengan sistem terasering.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROVINSI Riau yang dikenal sebagai salah satu sumber minyak, ternyata belum dapat melicinkan hidup sebagian penduduknya. Pada akhir Pelita II (1978/79), dari 68 kecamatan di daerah ini, 27 di antaranya terbilang sangat miskin. Mayoritas penduduk Riau yang berjumlah 1,9 juta jiwa itu adalah petani dan nelayan dengan pendapatan per kapita di bawah Rp 20.000. Padahal penghasilan daerahnya (GRDP--Gross Regional Domestic Product) di- luar minyak bumi meliputi Rp 96.000 lebih setahun. Dari hampir 900 desa di sana, separuhnya masih terisolasi dan nyaris tak pernah dijamah pembangunan. Ketika almarhum Subrantas menjadi gubernur Riau sejak 1978, muncul sebuah proyek yang terkenal dengan Crash Program Penanggulangan Kecamatan Miskin. Agar proyek ini tidak berjalan setengah-setengah, Subrantas membentuk sebuah badan otorita untuk menanganinya. Pada tahun pertama ia menyisihkan dana Rp 300 juta untuk 10 desa tahun kedua dana itu meningkat dua kali lipat untuk 17 desa. Gubernur Riau sekarang, Imam Munandar, tahun ini meneruskannya, sehingga kecamatan yang tidak miskin pun menerima bantuan Rp 5 juta. Hasilnya, pada tahun pertama memang banyak yang gagal, karena dananya diselewengkan. Hal ini diakui sendiri oleh R. Rusli dari Bappeda Riau: Tahun berikutnya hampir sama saja. Bukan karena diselewengkan, tapi karena proyeknya kecil-kecil dan tidak mengenai sasaran. Terutama yang berbentuk pernberian bibittanaman,alat perikanan. Hasil usaha Subrantas yang bisa dilihat ada di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep, Kabupaten Kepulauan Riau. Puluhan kepala keluarga di desa itu mendapat bantuan rumah ukuran 5 x 6 meter beratap seng. Sekarang tinggal 50 kk dan 500 kk penduduk yang belum punya rumah. Tapi belakangan mereka juga minta rumah gratis. Jalan-jalan desa, meskipun hanya jn tanah, juga sudah dibangun. "Sekarang saya tak malu lagi pidato tentang pembangunan di depan penduduk, karena memang sudah ada hasilnya," kata Ahmad Jubil, kepala Desa Sungai Buluh. Di Ja-Bar juga ada usaha khusus menanggulangi kemiskinan, meskipun baru terlihat di satu desa yang sebelumnya tergolong amat miskin. Yaitu di Kampung Cigaru, Desa Mekarsari, Kecamatan Cipaku, Ciamis. Dari 974 kk penduduk desa tersebut, 65% di antaranya buruh tani. "Desa ini miskin, pohon pisang saja sulit tumbuh di sini," kata Sunarya, Kepala Desa Mekarsari. Memang terlihat beberapa pohon kelapa di sana, tapi setiap bulan hanya berbuah satu-dua biji. Blut Sejak 1978 Pusat Studi Lingkungan Hidup ITB membimbing penduduk Cigaru mengolah tanah. Bukit-bukit kering dibuat bertingkat (terasering), lalu ditanami berbagai jenis palawija. Berbagai tanaman produktif juga tampak memenuhi pekarangan rumah. Penduduk diajari pula beternak belut. Hasilnya, sekarang penduduk desa itu sudah jarang yang menuju ke kota mencari pekerjaan sebagai buruh. Mereka lebih suka seharian bekerja di kebun. Belum lama ini satu-satunya keluhan penduduk ialah langkanya pupuk kandang. Padahal tanah kering di desa itu sangat membutuhkannya. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Rachlan, Wakil Pimpinan Satuan Tugas PSLH-ITB di Ciamis, tidak kehabisan akal. Ia mengajak penduduk membuat pupuk kompos dari rumput. Dalam dua tiga bulan rumput yang dicampur tahi ayam dan urea menjadi busuk. "Kualitasnya sama saja dengan pupuk kandang," kata Rachlan. Usaha membangkitkan gairah para petani di sana sebenarnya sudah sejak lama dilakukan oleh Dinas Pertanian Ciamis, misalnya melalui para petugas penyuluhan lapangan. Tapi cara yang ditempuh berupa berbagai ceramah itu ternyata sangat kurang bermanfaat. "Ceramahnya terlalu banyak. Saya sendiri malah mengantuk. Sampai di rumah lupa lagi," ujar Odon, pemuda lulusan Sekolah Pertanian Menengah Pertama di Cipaku yang menjadi ketua Kelompok Tani Mekarsari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus