Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Agama bersama Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama penyaluran beasiswa Fulbright. Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan kerja sama ini membuat santri dan mahasiswa dari institusi pendidikan agama bisa mendapatkan beasiswa studi ke AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Santri dan mahasiswa di lingkungan Kemenag bisa mendapatkan beasiswa Fulbright ke Amerika. Tentu yang memenuhi syarat,” kata Nasaruddin ditemui wartawan usai penandatanganan kesepakatan di Gedung Kemenag, Jakarta, Rabu, 8 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Nasaruddin Umar, syarat utama beasiswa adalah kemampuan bahasa Inggris sesuai standar. Sejumlah syarat lain, kata dia, disesuaikan dengan standar American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF).
Selain membuka potensi untuk studi ke AS, Nasaruddin mengatakan program ini bisa mendatangkan pengajar dari AS untuk menjadi guru bahasa Inggris di madrasah hingga pondok pesantren. Kerja sama serupa menurutnya pernah dilakukan dengan Universitas Al-Azhar, Kairo, untuk penguatan bahasa Arab di institusi pendidikan lingkup Kemenag.
Selanjutnya, Imam Besar Masjid Istiqlal ini berujar program itu membuka peluang bagi dosen-dosen untuk melakukan riset di AS. Hal itu juga berlaku untuk sistem visiting scholar menggunakan sponsor dari Fulbright.
“Kemudian juga dimungkinkan kita bisa melakukan riset bersama. Riset bersama antara sekolah di AS dan di Indonesia khususnya di lingkungan muslim scholars,” kata dia.
Nasaruddin yang merupakan alumnus beasiswa Fulbright berharap, lulusan program ini dapat kembali ke pesantren asalnya untuk berbagi pengalaman. Selain itu, kata dia, ada kesempatan bagi pimpinan pondok hingga kiai untuk studi banding ke AS. ”Melihat bagaimana perkembangan peradaban saudara kita di sana,” ujar dia.
Ia berpendapat saat ini perkembangan keilmuan Islam di AS cukup pesat. Nasaruddin berpendapat, AS bisa menjadi tempat belajar Islam lantaran semakin banyak ahli-ahli tafsir di negara tersebut. “Islam tidak hanya di Timur Tengah, pusat-pusat studi Islam di Amerika banyak sekali,” kata dia.