Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Demokrat Pastikan Buku Merah SBY yang Kritisi Jokowi Tidak Berhenti Edar

Demokrat memastikan buku merah SBY sebagai bentuk kritis terhadap pemerintah. Ia juga mengklaim buku itu juga tidak berhenti edar.

22 Februari 2024 | 11.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat (Bakomstra) Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra. Foto: Partai Demokrat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra angkat bicara soal buku karangan mantan Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dengan judul "Pilpres 2024, Cawe-cawe Presiden Joko Widodo". Ia mengatakan buku bersampul merah itu milik internal partai sebagai bentuk kritis terhadap pemerintah. Ia juga mengklaim buku itu juga tidak berhenti edar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pertama buku yang ditulis oleh Pak SBY itu kan merupakan bentuk refleksi dan juga rewarning sistem bagaimana agar demokrasi kita tetap bisa terjaga kualitasnya," kata Herzaky kepada Tempo pada Kamis, 22 Febuari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Herzaky mengatakan, buku merah itu menjadi bentuk refleksi internal Demokrat untuk menjaga kualitas demokrasi yang sudah lama dituliskan SBY, tepat saat Partai Demokrat berada di luar pemerintahan Jokowi. Artinya kata Herzaky, tidak ada hubungannya dengan masuknya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ke kabinet kerja Jokowi.

Tetap kritis

"Kalau misalnya kita bicara mengenai hari ini dengan masuknya AHY dalam pemerintahan itu tidak berarti kemudian kita ke-kritisan itu berubah. Karena bagaimanapun kan kita konteksnya mengkritisi dan mengawal pemerintahan ini agar melakukan yang terbaik," kata dia.

"Bagaimana kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan pelaksanaannya di lapangan itu benar-benar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat bagi bangsa dan bagi negara," lanjut Herzaky.

Herzaky mengatakan, apa yang dilakukan AHY tidak menjadikan konteks buku milik 'Sang Bapak' menjadi kontradiktif. Sebab kata Herzaky, dengan bergabungnya AHY ke Kabinet Indonesia Maju merupakan amanah sekaligus peluang pembenahan pemerintah dari dalam yang sebelumnya hanya bisa mengkritisi.

"Hal ini apakah kemudian menjadi kontradiktif, tidak dong, dengan masuknya kita ke dalam (kabinet) hari ini, kita bisa memperbaiki dari dalam apa yang menjadi inspirasi, apa yang menjadi harapan publik, apa yang kita rasa kurang, apa yang harusnya bisa kita benahi ya," kata Herzaky.

Kata Herzaky, di waktu yang bersamaan dengan dilantiknya AHY sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), timbul narasi yang seolah-olah menjadi kontradiktif dengan buku milik SBY. Ia mengatakan, narasi itu juga dibentuk oleh framing-framing yang tidak tepat untuk membentuk isu melemahkan kritik Demokrat terhadap pemerintahan.

"Padahal, hari ini kalau ada masukan yang kami sampaikan langsung, kan kami saat ini duduknya dekat ini. Nah itulah yang membedakan, kritik tetap, tetapi bukan berarti kritis terus ditampilkan di luar, kita bisa membedakan posisi pada saat kita punya tugas dan tanggung jawab di dalam kabinet, lalu kita mengkritisi apa yang terjadi di dalam kabinet, ini kan menjadi pertanyaan besar," kata dia.

"Secara organisasi pun bukan manajemen pemerintahan yang baik kalau misalnya ada anggota kami yang melakukan itu pada saat menjadi anggota kabinet. Dalam bentuk kritik atau masukannya yaitu dilakukan secara langsung di dalam rapat, yang dilakukan secara terbatas dan tertutup agar bisa dilakukan koreksi-koreksi nantinya dalam kebijakan ke masyarakat," lanjutnya.

Pilihan Editor: AHY Resmi Dilantik sebagai Menteri ATR, Begini Perjalanan Kariernya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus