MANA yang sah? Dalam perayaan Lustrum ke-5 IAIN Syarif
Hidayatullah pekan lalu di Balai Sidang, Jakarta, muncul dua
lambang. Ada lambang yang menghias ujung selendang hijau yang
dikenakan para sarjana baru -- yang diwisuda dalam kesempatan
hari Rabu itu bergambar Al Quran terbuka. Ada pula lambang yang
menghias ujung tongkat prosesi, yang terbuat dari tembaga,
bergambar Ka'bah.
Ternyata kedua lambang itu resmi. Cuma yang lama bergambar
Ka'bah, dan yang baru bergambar Al Quran. "Belum semuanya sempat
diganti dengan lambang baru," kata orang Humas IAIN itu.
Kisah ini bermula Febrari lalu dari Instruksi Ditjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Dep. Agama. Isinya, gambar Ka'bah
dalam lambang ke-14 IAIN di seluruh Indonesia harus diubah
dengan gambar Al Quran terbuka. Hal itu "memang berlatar
belakang politis," kata Drs. H. Badri, Kepala Humas Dep. Agama.
Ia menceritakan bagaimana lambang Ka'bah ternyata bisa
menimbulkan kesulitan, di masa menjelang Pemilu '82.
Justru karena lambang Ka'bah itu KKN (kuliah kerja nyata)
mahasiswa IAIN pernah terhambat. Singkat kata, mahasiswa yang
ber-KKN dicurigai sedang berkampanye atas nama PPP yang punya
tanda gambar Ka'bah. Akibatnya instruksi Ditjen tersebut lahir.
Maka sejak Maret lalu muncul kesibukan ekstra di ke-14 IAIN
seluruh Indonesia. Misalnya IAIN Sumatera Utara membuat lambang
baru, dengan gambar pegunungan, kapas, dan padi.
Dan IAIN Syarif Hidayatullah menyelenggarakan sayembara yang
hanya menjanjikan hadiah Rp 2.500. Muncul dari sana hanya tiga
rencana gambar, di antaranya karya Chaliluddin, dosen Tarbiyah,
menang. Dia menulis skripsi tenang kedudukan senilukis dalam
Islam. Lambang ciptaannya menampilkan Monumen Naskah sebagai
ciri Jakarta. Kemudian terdengar komentar Rektor IAIN ini, Prof.
Dr. Harun Nasution: "Secara filosofis Al Quran lebih cocok."
Tapi belum semua IAIN sempat membuat lambang baru. Syarat mutlak
bagi semua IAIN ialah gambar Al Quran terbuka, tapi
masing-masing bebas memilih ciri khas daerahnya. Di IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, soal ciri khas kejawatimurannya masih
diperdebatkan. Dalam lambangnya yang lama, ciri itu ditampilkan
dengan gambar kubah masjid Ampel hijau muda. Dari masjid itu
dulu, dikumandangkan ajaran agama Islam oleh Raden Rachmat yang
kemudian berjuluk Sunan Ampel ke seluruh Jawa Timur.
Di IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, yang lahir (1960) bersamaan
dengan IAIN Jakarta, gambar lambang baru sudah disepakati --
tetap berlatar belakang peta kepulauan Indonesia. Hanya gambar
bulu-bulu angsa kini ujungnya dibuat tepat menunjuk letak Yogya
pada peta.
IAIN Sunan Gunung Jati, Bandung, tak banyak mengganti. Bentuk
perisai segi lima dan gambar dua kujang (senjata tajam khas Jawa
Barat) tetap dipakainya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini