Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Berita Tempo Plus

Kontrak disiplin dari UI

Upacara penerimaan mahasiswa baru 1982 dan wisuda sarjana baru UI. mahasiswa baru UI harus teken pernyataan bersedia mematuhi segala peraturan & bersedia menerima sanksi bila melanggarnya.(pdk)

14 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Kontrak disiplin dari UI
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARANGKALI ini yang pertama kali dalam Zaman Orde Baru: sebuah upacara penerimaan mahasiswa baru dan wisuda sarjana baru UI berjalan singkat, rapi dan tertib. Tidak ada selebaran mahasiswa yang beredar. Tidak pula kelihatan spanduk yang bertuliskan komentar mahasiswa. "Yel-yel atau celetukan yang agak "panas" pun tak terdengar. Balai Sidang Senayan, Jakarta, pagi itu (6 Agustus) penuh. Hadir 1.853 mahasiswa baru, dan 464 sarjana baru yang diwisuda saat itu. Agaknya ketertiban itu sudah dipersiapkan oleh UI sejak lama. Mungkin malahan sejak Prof. Dr. Nugroho Notosusanto dilantik selaku rektor UI Februari lalu, ia menyatakan konsep pengelolaan UI: institusionalisasi, profesionalisasi, dan transpolitisasi. Mahasiswa benar-benar diarahkan untuk menjadikan UI sebagai "lembaga ilmiah, tempat para sivitas akademika bergiat sebagai masyarakat ilmiah." Juga ketika pendaftaran mahasiswa baru, sesudah hasil tes masuk Proyek Perintis I diumumkan, kehendak pengelola UI untuk terciptanya suasana itu tercermin. Ada surat pernyataan yang harus ditandatangani mahasiswa baru dan orang tua atau walinya. Teks pernyataan itu, yang dicantumkan pada halaman 35 buku Opspek (orientasi program studi dan pengenalan kampus), harus diketik ulang, diberi materai Rp 25 dan ditandatangani mahasiswa bersangkutan dan orang tua atau walinya. Sedikit saja mahasiswa baru yang menyatakan kaget, karena aturan baru itu. "Kok, aneh, ya. Memangnya kita dicurigai mau berbuat yang bukan-bukan?" ujar seorang mahasiswa baru Fakultas Hukum. Pengembalian pernyataan umumnya berjalan lancar. Agaknya sebagian besar mahasiswa bersikap seperti seorang mahasiswa baru Fak. Ekonomi: "Kita sih mau-mau saja, asal tak mengeluarkan uang. Soalnya diterima di UI saja sudah syukur. Kita nggak akan berbuat yang nggak-nggak." Agaknya Keputusan Rektor UI tentang tata tertib kampus tertanggal 8 Juli 198. (masih semasa Prof. Dr. Mahar Mardjono) belum dianggap cukup. Padahal 11 pasal Keputusan itu dengan jelas menyatakan hal yang boleh dan yang tak boleh dilakukan mahasiswa UI, lengkap beserta sanksi-sanksinya. "Memang peraturan itu ada," kata Nugroho Notosusanto sehabis mewisuda sarjana baru, Jumat pagi itu. "Tapi selama ini 'kan disiplinnya yang tak ada. Kami harapkan dengan pernyataan itu mahasiswa baru akan disiplin. Jika disiplin sudah melembaga pernyataan seperti itu tentulah tak perlu lagi." Mahasiswa, dalam janji pernyataan yang harus diteken itu, pokoknya "memegang teguh ketentuan bahwa UI lembaga pendidikan tinggi negara, bukan lembaga sosial, ekonomi, politik, maupun yang lain." Mahasiswa "bersedia mematuhi segala peraturan, dan bersedia menerima sanksi bila melanggarnya." Tapi komentar-komentar tak enak tetap juga terdengar. "Wah, memang mahasiswa itu anak kecil?" kata seorang mahasiswa Fak. Ilmu-ilmu Sosial tingkat akhir. "Kan mestinya cukup dengan keputusan tata tertib UI itu." Pun guru Besar Fakultas Psikologi UI, Prof. Slamet Iman Santoso, tampaknya kaget mendengar soal pernyataan ini. "Lho, kok menerapkan disiplin dengan cara begitu. Itu namanya kontrak disiplin. Jelas tidak berdasar kesadaran," kata Prof. Slamet yang kali ini, untuk pertama kalinya, tidak hadir dalam acara penerimaan mahasiswa baru UI. Menurut ahli psikologi ini, disiplin anak didik harus dimulai dari atas. Harus dicontohkan. "Jika gurunya disiplin, muridnya otomatis akan disiplin," tambahnya. Komentar Menteri P&K Daoed Joesoef? "Itu hanya untuk mengingatkan mahasiswa bahwa dia memasuki suatu lembaga yang juga ada aturan-aturan dan sanksi-sanksinya." Menteri baru saja pulang menghadiri satu konperensi kebudayaan di Meksiko. Dan terlibatnya orang tua di situ, katanya, "selaras dengan GBHN. Bukankah pendidikan itu diselenggarakan oleh pemerintah, orang tua, dan masyarakat?" Itulah mengapa acara perkenalan mahasiswa yang dulu populer disebut "perploncoan" kini ditiadakan di UI. Sebagai gantinya, ada Opspek tadi. Hanya berlansung dua hari, 4 dan 5 Agustus, Opspek sepenuhnya dikendalikan oleh panitia yang sebagian besar terdiri dari para dosen. Dulu "perploncoan" sepenuhnya diselenggarakan oleh mahasiswa. "Ini salah satu usaha ke arah adanya keteraturan dan kedisiplinan," kata Nugroho pula.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus