Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Di bali, melicinkan ganjelan di bali, melicinkan ganjelan

Pm. australia malcolm fraser singgah di bali setelah menghadiri konperensi unctad di malila. pembicaraan dengan presiden soeharto meliputi: timtim, tarif penerbangan murah & pengungsi indocina. (nas)

19 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIDAK ada kepentingan yang mendesak dari kunjungan saya ini," ucap PM Australia Malcolm Fraser dalam konperensi pers seusai dua kali pembicaraannya dengan Presiden Soeharto akhir pekan lalu di Bali. Fraser mampir ke Bali selama 2 malam dalam perjalanannya kembali ke negerinya setelah menghadiri konperensi UNCTAD di Manila. "Semula saya kira Presiden Soeharto akan pergi ke Manila karena PM Jepang Ohira juga hadir di sidang UNCTAD itu," kata Fraser menjelaskan. Tapi ternyata, seperti dikatakan seorang pejabat tinggi Indonesia: "Pak Harto memandang tidak perlu hadir ke Manila." Hingga untuk memenuhi permintaan Fraser untuk bertemu, Presiden Soeharto menawarkan PM Australia itu untuk mampir di Bali dalam perjalanannya pulang. Fraser boleh mengatakan tidak ada masalah yang mendesak dari kunjungannya. Tapi jelas pertemuannya dengan Soeharto dianggapnya penting. Lebih lagi, suatu pertemuan tidak resmi seperti diakuinya lebih bermanfaat. "Banyak hal yang bisa diselesaikan tanpa banyak kerepotan seperti pada suatu kunjungan resmi." Kerjasama Militer Hubungan Indonesia-Australia beberapa tahun terakhir ini memang kurang mesra. Timbulnya masalah Timor Timur, simpati yang diberikan sebagian masyarakat Australia pada Fretilin ditambah dengan kematian 4 wartawan Australia di Balibo telah mengeruhkan hubungan ke 2 negara. Baru saja ketegangan ini dipulihkan, timbul lagi masalah sengketa ASEAN-Australia mengenai tarip penerbangan murah Australia-Eropa yang memukul para anggota ASEAN, meski yang paling sakit sebenarnya adalah Singapura. Semua ini ingin dihilangkan Fraser dalam kunjungannya ini. Itu tercermin dalam ucapan Fraser: "Sebagian besar rakyat Australia mengakui kenyataan bahwa Indonesia dan Australia adalah bertetangga dan masa depan kedua negara berhubungan erat. Merupakan kepentingan seluruh orang Indonesia dan Australia untuk adanya hubungan hangat, ramah dan mau bekerjasama di antara kedua pemerintah dan bangsa." Tampaknya Australia makin menyadari pentingnya Indonesia sebagai benteng untuk membendung meluasnya bahaya komunis dari utara. Apalagi setelah sengketa Indocina terus berkepanjangan, dan kemungkinan penyelesaian pertentangan Vietnam-RRC saat ini menurut Fraser "jauh sekali". Kekhawatiran itu tampak dari ucapan Fraser: "Kami menghargai bahwa Indonesia dapat secara efektif memperlambat mendaratnya para pengungsi Indocina langsung di pantai utara Australia." Diakuinya, mendaratnya langsung para pengungsi di pantai Australia secara mendadak bisa menimbulkan kekhawatiran Australia. Australia mau menampung pengungsi yang datang asal saja secara "baik-baik", hingga tawaran Indonesia untuk membuat pusat pemrosesan dihargai sekali. Ganjelan tarip penerbangan murah diharapkan Fraser bisa diselesaikan dalam pertemuan para menteri ekonomi ASEAN Juni mendatang di Kualalumpur. "Hingga kita bisa meninggalkan masalah ini di belakang kita," kata Fraser. Jelas Australia tidak ingin masalah ini jadi berlarut-larut. Masalah kerjasama militer antara kedua negara dibicarakan juga. Mungkin itu sebabnya Menhankam Jenderal Jusuf pekan lalu sempat bertemu Presiden untuk menyerahkan bahan-bahan untuk dibicarakan kedua kepala pemerintahan ini. "Kemungkinan kerjasama dalam bidang militer akan dibicarakan lebih lanjut," kata Mensesneg Sudharmono. Kerjasama dalam pendidikan militer sudah lama terjalin. Indonesia juga pernah menerima satu skwadron pesawat Sabre dari Australia, 3 di antaranya telah hancur karena musibah kecelakaan. Secara resmi dinyatakan pertemuan tidak resmi Soeharto-Fraser "bermanfaat". Apabila ganjelan bisa dihilangkan dan lembaran baru hubungan baik bisa dibuka, tidak ada hal yang lebih baik dari itu bagi kedua bangsa dan negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus