Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Di balik musibah itu

Ringkasan wawancara tempo dengan dai zainuddin mz tentang pendiriannya mengenai kasus monitor. sebaiknya monitor mengadakan pertemuan dengan mui. tindakan pemerintah dianggap cepat dan tepat.

3 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA banyak nabi dan rasul yang diutus Allah ke bumi ini, dan hanya 25 yang wajib diketahui. Mereka adalah para "ter". Terberat perjuangannya, tersabar menghadapi umatnya, terbaik akhlaknya terkuat ibadahnya. Dari 25 itu terpilih 5 sebagai Ulul Azhmi. Minus Nabi Nuh muncul The Big four, dengan gelar masing-masing Ibrahim Khalilullah, Musa Kalimullah, Isa Ruhullah -- oleh penganut Nasrani disebut Yesus Kristus -- dan Muhammad Habibullah. Dari empat itu muncul sang superstar, yaitu Nabi Muhammad saw, pilihan dari pilihan . Oleh tabloid Monitor pilihan dari pilihan itu masuk peringkat ke-11, setingkat lebih rendah dari Arswendo Atmowiloto sang pemimpin redaksi. Umat pun seakan bangkit dari tidurnya. Mereka terusik dan terhina, reaksi pun membahana dan roh jihad ikut tersulut. Seorang teman wartawan bertanya, bagaimana jalan kompromi yang baik. Dengan mengesampingkan kemungkinan Pemerintah akan melakukan pembredelan, saya katakan bahwa sebaiknya Monitor mengadakan pertemuan dengan MUI, pimpinan dan tokoh-tokoh ormas Islam, untuk menjelaskan latar belakang pemuatan angket 50 tokoh yang dikagumi itu. Bila itu tidak menyelesaikan persoalan, silakan dilanjutkan ke pengadilan, sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Ketika berita yang diturunkan memberikan gambaran bahwa saya menganjurkan kompromi, reaksi -- terutama dari teman-teman juru dakwah -- berdatangan dari segenap penjuru Tanah Air. Benarkah bahwa saya selembut itu? Bahwa saya menjadi penganjur untuk berkompromi dengan pihak yang nyata-nyata menghina Rasul-Rasul yang diagungkan. Astagfirullah! Sudah begitu rapuhkah ruhul jihad yang saya miliki? Atau barangkali saya terserang penyakit day-yus (dayyus: tidak punya rasa kecemburuan terhadap agama) dan yang tidak lagi memiliki girah Islamiyah?! Na'udzu billahi min dzalik! Sudah lama saya merasakan adanya ganjalan dalam upaya kita mewujudkan kerukunan antarumat beragama. Kesombongan dan ketidakpedulian -- meminjam istilah Nurcholish Madjid -- telah menyebabkan saudara-saudara saya muslim, karena kelemahan ekonominya, menjadi sasaran bagi penggembangan agama lain. Di sepanjang perjalanan dakwah saya ke berbagai daerah, saya mempunyai setumpuk data, segudang fakta, dan sejumlah realita. Kesombongan dan ketidakpedulian itu kini dilahirkan Allah lewat sosok Arswendo Atmowiloto. Pemerintah telah mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Umat pun diharapkan tenang kembali. Padahal, di tengah gencarnya angin keterbukaa, dan baru sajaberlalu pembredelan Suksesinya Teater Koma, pembredelan bukanlah hal yang perlu dimasyarakatkan. Namun, dalam hal Monitor itulah yang terbaik ketimbang dibredel langsung oleh umat. Yang harus kita lakukan sekarang nampaknya mengambil hikmah di balik musibah itu. Para juru dakwah tertantang untuk lebih gencar memasyarakatkan kebesaran pribadi Nabi Muhammad saw. keluhuran akhlaknya, kekuatan ibadahnya, nilai-nilai kepemimpinannya. Sosialisasi kepribadian beliau ini lebih diprioritaskan di kalangan remaja dan pemuda dalam konteks kekinian karena kita memang sering terpaku kepada materi sejarah dan melupakan filsafatnya. Sambil tetap teguh menjaga "gawang" sebaiknya jika umat Islam tidak membeli, apalagi berlangganan, setiap surat kabar, majalah, atau tabloid yang jelas-jelas beronentasi kepada kepentingan agama lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus