Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Di tengah 2.000 pasang pengantin

Kelompok kristen the unification church, dibawah pimpinan sun myung moon, 62, evangelis asal korea selatan, muncul di tengah ajaran kristen sebagai "almasih kedua". Mirip jamaah di Indonesia. (ag)

17 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA ribu tujuh puluh lima pasang pengantin, alias 4.150 laki-laki dan perempuan, berbaris bersama dalam satu upacara pernikahan serentak. Ini memang perkawinan massal paling besar dalam sejarah -- terjadi di Madison Square Garde, New York, awal bulan ini. Yang menarik bukan saja mereka anggota satu sekte agama. Tapi juga karena hampir semua pasangan itu hanya menuruti titah sang imam: terdiri dari berbagai kebangsaan, sebagian besar mereka baru saja saling kenal. Acara itu diselenggarakan kelompok Kristen The Unification Church, di bawah pimpinan Sun Myung Moon. Evangelis besar asal Korea Selatan ini, kini 62 tahun, yang berpindah ke AS (New York) 1973, memang salah satu tokoh "gereja bebas" yang paling berpengaruh. Bukan saja oleh jumlah pengikut yang di Amerika diakui sebanyak 30.000 orang, dengan 5.000 anggota aktif -- selain di Jepang, Australia, Korea sendiri dan beberapa negeri lain yang kebanyakan terdiri dari kaum muda. Tapi juga gerakan ini memiliki pusat-pusat pengumpulan dana di 100 kota dan kampus-kampus di Amerika, dan dari sana memungut setidaknya US$10 juta setahun -- di luar hasil semua perusahaannya. Yang paling hebat sebenarnya ialah, Sun (Myung) Moon ini, yang dikenal sangat dekat dengan rezim totaliter Korea Selatan (dan juga beberapa anggota Kongres AS), muncul di tengah ajaran Kristen sebagai 'Almasih Kedua'. Kalau ditilik-tilik, ajarannya sebenarnya campuran dari Kristen Pantekosta dengan mistik Timur, dengan semangat antikomunis, psikologi populer dan metafisika. Dalam buku wahyu Sun Moon yang disebut Divine Principle, dijelaskan kira-kira mengapa 'Almasih Kedua' itu harus muncul. Tak lain karena, katanya, Yesus Kristus telah gagal mengemban misi untuk melahirkan "keturunan yang bersih dari dosa". Memang agak membingungkan, bila keturunan yang dimaksud adalah anak cucu berdasar darah. Tapi para pengikut Sun Moon sendiri dididik -- dicetak untuk menjadi balatentara ideologis generasi muda bagi penyatuan dunia dalam abad kepercayaan yang baru. Maka kelompok ini memang menjadi seperti tentara. Yang dilakukan pertama kali adalah pencucian otak -- brainwashing. Lalu pengucilan dari keluarga dan dunia luar. Hidup keras dalam semacam "komune tanpa bentuk", mereka "disadarkan" untuk tidak lagi membutuhkan uang. Bekerja mengumpulkan dana bagi "Gereja", mengurangi tidur, melakukan berbagai upacara agama, anti-alkohol, morfin, rokok, seks -- dan bersiap menjadi penduduk Kerajaan Tuhan yang sebenarnya. Banyak orang tua yang kehilangan. Sementara tidak bisa didapat bukti adanya pemaksaan, di Amerika para ibu dan bapa membentuk semacam dewan penyelamatan bertingkat nasional, bertujuan mencari kembali muda-mudi mereka yang sudah "berbahagia" di bawah kekuasaan sang "Almasih" -- terutama lewat para bekas pengikut. Seorang ibu di London, seperti dituturkan The Daily Telegraph, menerima telepon dari putranya di New York, yang menyatakan dirinya termasuk dalam acara perkawinan massal yang telah disebut. Tapi sang putra menolak menyebut calon istri maupun seluk-beluknya, kecuali bahwa dia "gadis Amerika". Mrs. Fyfie, ibu yang lain yang juga menerima telepon dari gadisnya, bahkan menyatakan bahwa si gadis mengaku tak tahu siapa calon suaminya. Mereka, kurang lebih, berbahagia karena telah "dipilihkan". TOH tidak begitu jelas tujuan perkawinan massal ini. Pameran ini sebuah "pemecahan problem sosial yang bobrok," seperti yang sering mereka ucapkan? Dalam kenyataan bahkan tidak kelihatan program mereka untuk menolong para pengikut sendiri. Semua sumber dana ditujukan untuk menggaet lebih banyak uang dan lebih banyak anggota yang pada akhirnya akan menghasilkan lebih banyak uang. Di Korea Sun Moon sudah sempat mendirikan satu konglomerat industri dengan penjualan US$15 juta setahun, dengan pekerja sukarela para pengikut sendiri. Dan di Amerika kini, "Almasih" yang pendek, gemuk dan berwajah "berwajah bulan" itu (yang berpidato dalam bahasa Korea sambil menghentak-hentakkan tangan, kaki, menangis dan tertawa), bersama istri dan delapan anak serta 35 pengikut, mendiami sebuah loji dengan 25 kamar -- persis menghadap Sungai Hudson di Irvington, New York. Saat-saat bebas dari pekerjaan agama maupun dagangnya, ia akan berleha-leha memancing di kapal pesiarnya yang diberi nama 'Harapan Baru'. Setidak-tidaknya sudah sejak 1976 kecurigaan kepada "Almasih" ini dijabarkan dalam tindakan: Agustus tahun itu satu komite Kongres mengadakan dengar pendapat, mengenai kemungkinan usaha Korea Selatan mempengaruhi politik AS lewat gerakannya. Dan kini, tokoh tersebut sedang dalam proses peradilan sehubungan dengan tuduhan penggelapan pajak -- hal yang mungkin merupakan sebab sebenarnya diadakannya perkawinan massal yang hebat itu. Namun benarlah ucapan seorang bekas pengikut: "Dulu saya tak tahu harus saya apakan hidup saya. Lalu saya lihat para pengikut itu mengerti benar tujuan hidupnya. Dan saya masuk." Itulah yang mengikat generasi muda dunia maju itu, gerangan. Seperti dikatakan pendeta sebuah gereja: "Banyak sekali sebenarnya, orang-orang sepi berjalan ke sana ke mari."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus