SEJAK 10 tahun terakhir ini, sudah dua kali dikeluarkan surat
keputusan Gubernur yang mengatur pemerintahan nagari di Sumatera
Barat. Tapi perubahan pokok dalam pemerintahan nagari yang
terasa baru soal penentuan kedudukan berbagai golongan dalam
masyarakat desa. Terutama ulama, ninik-mamak, cerdik-pandai dan
pemuda.
Tapi bagaimana cara melaksanakan pembangunan nagari, belum
diurus secara sungguh-sungguh. "Administrasi pembangunan nagari
belum dapat pembinaan bupati dan camat", ujar seorang pejabat
Kantor Gubernur Sumatera Barat. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nagari yang seharusnya telah dilaksanakan oleh setiap wali
nagari sejak tahun 1970, ternyata tidak digubris.
Nagari Kayutanam misalnya, termasuk nagari yang administrasi
pembangunannya semrawut. Akibat tidak adanya pembinaan
administrasi pada kantor Wali Nagari Kayutanam itu dari atas
hubungan wali nagari dengan pemuka-pemuka masyarakat jadi
tegang. Akhir tahun silam merupakan masa yang gawat dalam
hubungan antara Wali Nagari Lies Datuk Batuah dengan
anggota-anggota Kerapatan Nagari. Masalah pokok dari ketegangan
hubungan ini adalah karena ulama, ninik-mamak, cerdik pan dai
dan pemuda di Kayutanam mencurigai keberesan administrasi kantor
wali nagari, terutama yang menyangkut soal uang.
Awal tahun ini APDN Bukittinggi berusaha mengurangi kericuhan
dalam Nagari Kayutanam dengan mengadakan kursus administrasi.
Kursus administrasi pemerintahan Nagari ini selain diikuti oleh
wali nagari dan stafnya juga oleh kepala-kepala jorong,
ninik-mamak, alim-ulama, cerdik-pandai dan pemuda serta Bundo
Kanduang.
"Masyarakat dan wali nagari harus mempunyai bahasa dan
pengertian yang sama tentang administrasi", kata drs. M. Hasbi,
Direktur APDN Bukittinggi, pada TEMPO ketika peresmian kursus
tersebut.
Bukan Afdruk Kilat
Kursus Administrasi Pemerintahan Nagari di Kayutanam ini untuk
pertama kalinya diadakan di Sumatera Barat APDN menamakannya
sebagai "proyek perintis" dan merupakan sejenis KKN bagi APDN
Bukittinggi.
Berlainan dengan penataran-penataran yang diadakan selama ini
yakni sebagai suatu "afdruk-kilat" menambah ketrampilan dan
pengertian, kegiatan APDN Bukittinggi di Kayutanam ini bukan
hanya selama kursus. Tapi dilanjutkan dengan bimbingan yang
terus menems. Berapa lama? Drs Hasbi mengatakall "sampai
administrasi Pemerintahan Nagari Kayutanam tertib". Berarti
sekitar 3 sampai 6 bulan.
Bila usaha ini berhasil, maka model administrasi pemerintahan
nagari di Sumatera Barat akan ditawarkan pada atasan. Karena
yang diusahakan APDN Bukittinggi di Kayutanam, bukan hanya
sekedar perbaikan administrasi pemerintahan, tapi juga
penyusunan organisasi dan mobilisasi masyarakat untuk
pembangunan. Seperti dikatakan drs Hasbi, "pembangunan di
Kayutanam selain menambah fasilitas umum, juga haruslah
meningkatkan pendapatan masyarakat dan menggali sumber-sumber
penghasilan yang baru".
Bagi Nagari Kayutanam yang terletak di mulut Lembah Anai dengan
tanall yang subur dan iklim yang sejuk, usaha meningkatkan
pendapatan masyarakat adalah dengan menggiatkan kebun
buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan. Karena hingga
sekarang, nagari ini belum dapat memanfaatkan kesibukan orang
Padang yang tiap hari Sabtu dan Minggu, pergi melepas lelah ke
Bukittinggi atau Danau Singkarak. Pendeknya, Wali Nagari
Kayutanam Lies Datuk Batuah telah merasakan manfaat kursus
administrasi pemerintahan nagari model APDN Bukittinggi itu.
"Mata kami makin terbuka bagaimana caranya memajukan nagari",
ujar Datuk Batuah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini