Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Kepala Bidang Program dan Anggaran Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Aid Sasmita memperkirakan bakal banyak bangku kosong pada jalur prestasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta 2024. Taksiran itu berkaca pada PPDB tahun lalu, di mana jalur prestasi sepi peminat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena tak ada pendaftar di situ. Bisa masuk di situ," kata Aid dalam 'Podcast Seputar PPDB DKI Jakarta: Jalur Prestasi' di YouTube JakdisdikTV dikutip Minggu 9 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aid mengatakan bangku jalur prestasi masih banyak yang kosong pada tahun lalu, karena calon pendaftar merasa tidak punya prestasi akademik maupun nonakademik. Padahal, semua calon peserta memiliki kesempatan sama untuk lolos di jalur ini. Dalam podcast itu, Aid tidak menjelaskan detail jumlah bangku kosong yang tersedia dari jalur prestasi pada PPDB 2023.
Ia mengimbau para calon siswa yang tak banyak peluang dari jalur akademik bisa memanfaatkan jalur prestasi PPDB 2024. Jalur prestasi PPDB DKI Jakarta akan dibuka Senin 10 Juni 2024 besok.
Adapun total kuota yang dibuka untuk SMP, SMA, dan SMK jalur prestasi sebesar 23 persen dari total keseluruhan kuota PPDB. Kuota ini dibagi menjadi dua, yakni kuota jalur prestasi akademik sebesar 18 persen, dan nonakademik sebesar 5 persen.
"Kalau kalur Afirmasi sebesar 25 persen, Jalur zonasi 50 persen, dan Jalur Perpindahan orang tua sebesar 2 persen," kata Aid. "Kuota ini belum terisi penuh (jalur prestasi) pada 2023."
Aid mengatakan, ada lima indikator penilaian di jalur prestasi. Kelimanya yaitu rata-rata nilai rapor, persentil nilai rapor, prestasi akademik, prestasi nonakademik, dan presentil non-akademik.
Bagi pendaftar jalur prestasi bisa memilih sekolah yang ada di wilayah Jakarta tanpa memandang zona dan usia. Untuk mekanisme pendaftaran jalur prestasi tidak jauh berbeda dengan jalur lainnya. Mekanisme itu seperti pembuatan akun dan pengajuan pilihan maksimal 3 sekolah.
"Setelah pilih sekolah tunggu proses, kalau pilihannya tiga, maka seleksinya benar-benar pakai nilai. Kalau terlempar dari pilihan satu, akan lari ke pilihan kedua, Kalau di pilihan kedua terlempar langsung ke pilihan ketiga," kata Aid.
Aid menjelaskan, proses penilaian akan dilihat dari nilai. Bila ada kesamaan nilai panitia akan melihat urutan pilihan sekolah. Bila masih sama, pantia akan melihat peserta yang lebih dahulu mendaftar. "Setelah itu menentukan siapa yang layak lolos seleksi," kata dia.
Pilihan editor: Lima Putusan Penting Muhammadiyah