Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dua Wadah, Beda Tujuan

19 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mula-mula, orang-orang Betawi itu berkumpul buat mencurahkan segala keluhan. Ada yang mengaku tanah miliknya telah diserobot, ada pula yang mengeluh kesulitan mencari kerja. Mereka merisaukan juga ulah pendatang yang kerap bertindak kurang ajar.

Pertemuan tersebut diadakan di Pesantren Ziyadatul Mubtadi’ien, Cakung, Jakarta Utara, 15 Juli, lima tahun silam. Dari sinilah muncul keinginan membentuk organisasi yang kemudian dinamakan Forum Betawi Rempug (FBR) ”Kebetulan saat itu ada sekelompok pendatang yang menyerobot tanah seorang tokoh masyarakat,” kata Lutfi Hakim, sekretaris jenderal organisasi ini.

Selain Lutfi, saat itu hadir pula Fadloli El Muhir, pemilik pesantren, dan sejumlah tokoh Betawi di Cakung. Dua pekan kemudian, FBR benar-benar dikibarkan. Forum ini dipimpin oleh Fadloli, seorang anak pedagang dan tokoh agama di Cakung. Dia pernah belajar di Pesantren Lirboyo, di Kediri, Jawa Timur.

Ketika itu sebenarnya telah muncul wadah bagi orang Betawi seperti Forum Komunikasi Anak Betawi dan Badan Musyawarah Betawi. Tapi organisasi-organisasi tersebut dianggap kurang mewakili kaum Betawi pinggiran. Semula FBR hanya beranggotakan warga Cakung, namun belakangan warga dari wilayah lain juga bergabung. Soalnya, ”Kami bisa memberikan rasa aman bagi warga,” kata Lutfi.

Kalau FBR muncul untuk membela etnis lokal yang dipinggirkan, lain lagi tujuan Front Pembela Islam (FPI). Organisasi ini lahir karena menganggap ada perlakuan tak adil terhadap orang Islam. FPI didirikan pada lahir 17 Agustus 1998 oleh Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab. Dia dikenal sebagai anggota Jami’at Kheir, organisasi tradisionalis di kalangan keturunan Arab-Indonesia. Rizieq juga pernah belajar di sekolah Ummul Quro di Saudi Arabia.

FPI dideklarasikan di Pesantren Al-Um, Kampung Utan, Ciputat, Tangerang. Menurut Rizieq, KH Idrus Jamalulil, dan KH Cecep Bustomi ikut menjadi deklarator. ”Front ini lahir karena kemungkaran dan kemaksiatan yang marak. Tingkat kezaliman penguasa kepada rakyat juga meningkat,” katanya. Menurut Rizieq, dirinya pernah dikejar-kejar, diinterogasi dan dipenjara tanpa pengadilan karena menolak asas tunggal.

Semula hanya melakukan kegiatan di Jakarta, kini FPI telah merambah ke berbagai daerah. Rizieq mengaku organisasinya tak memiliki ideologi, tapi berdasarkan akhlak ahlus sunnah wal jamaah. “Kini FPI punya kepengurusan di 25 provinsi,” katanya.

Purwanto, Ary Adji (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus