Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, mengenang Bupati Tegal nonaktif Enthus Susmono sebagai kritikus yang lugas dan berprestasi. Gubernur Jawa Tengah nonaktif ini pernah menginterupsi Ganjar dengan kritikan yang cukup tajam, tapi membangun, unik, dan mengarah pada penyelesaian persoalan.
"Itu style dia,” kata Ganjar merujuk pada suatu sesi pertemuan kepala daerah se-Jawa Tengah. “Semua ditembaki satu per satu, seperti (sedang) mendalang. Itu pengalaman yang tidak pernah saya lupa. Dia kritik kejaksaan, kritik kepolisian secara terbuka. Bahkan, saat latihan, dia meraih ranking teratas di KPK. Jadi integritasnya diuji di situ relatif high."
Ganjar mengenang dalang yang kerap menabrak pakem dalam pewayangan itu semasa hidupnya sebagai kritikus yang lugas dan berprestasi. Enthus ceplas-ceplos, ucap dia, tapi maksud hatinya baik. Sebagai dalang, Enthus bisa serius, meski tak lepas dari kebiasaan bergurau, dan tegas.
"Meski bupati, dia selalu belajar dan tidak pernah menghilangkan akarnya. Mudah-mudahan, atas apa yang dikerjakan selama ini, birokrasi di sana lebih baik."
Enthus Susmono dikabarkan meninggal dunia oleh Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Tegal Hari Hugroho pada Senin, 14 Mei 2018, pukul 19.10 WIB. Dalang yang dikenal nyentrik itu mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit dr Soesilo, Slawi, Tegal. Kabar itu tersebar lewat pesan WhatsApp sekitar pukul 19.30 WIB.
Enthus kembali menjadi calon Bupati Tegal yang diajukan Partai Kebangkitan Bangsa. Ia sebelumnya terpilih menjadi bupati pada 7 November 2013. Enthus yang berlatar budayawan terjun ke dunia politik. Dia pernah ditahan 2,5 bulan di balik jeruji karena kasus perusakan pagar kantor Radio Citra Pertiwi FM, Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Saat itu, ia bukan calon kepala daerah, tapi mewakili tiga calon yang kalah.
Dari balik jeruji, Enthus belajar mengenai pengolahan sampah. Pada 2014, ia yang terpilih menjadi Bupati Tegal membuat slogan yang mengkritisi kondisi sampah di kabupatennya. "Bupatinya bupati sampah. Kabupatennya kabupaten rongsok.”
Dari daur ulang plastik bekas kemasan air mineral itu, Enthus meraup duit Rp 1 miliar. Menurut Enthus, uang itu dia pakai untuk membayar saksi di tempat pemungutan suara pada pilkada 2013. Kemenangan Enthus dan pasangannya pada waktu itu sempat menuai keberatan dari pasangan calon lain.
Mereka menggugat hasil pilkada 2013 itu ke Mahkamah Konstitusi. Salah satu alasannya, hitung cepat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tegal tidak memenangkan Enthus.
FITRIA RAHMAWATI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini