Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan Goenawan Mohamad mengenang Dawam Rahardjo sebagai cendekiawan Islam yang terbuka dalam hal pemikiran. Dia konsisten dengan pemikirannya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dia cendekiawan Islam yang terbuka, tidak paranoid dan berani menghadapi tantangan dari dunia luar," kata Goenawan saat di kantor Tempo, Kamis, 31 Mei 2018.
Baca: Cendekiawan Muslim Dawam Rahardjo Tutup Usia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Goenawan, Dawam pada tahun 1970an, juga pernah mengagumi eksperimen Mao Tse-tung, tokoh komunis Cina. Ia menduga Dawam mempelajari teori Marxis sebelum tahun 1965. "Ketika itu, teori itu tidak dilarang. Bahkan, pelajar diharuskan membacanya," ujarnya.
Secara pribadi, Goenawan mengaku pernah bertemu Dawam. Ia berjumpa pertama kali dengan Dawam pada tahun 1967, di kantor Harian Kami. Kala itu, menurut Goenawan, Dawam berpenampilan necis dan keren.
Menurut Goenawan, Dawam sempat bekerja sebagai staf di Departemen Kredit Bank of America, Jakarta, pada 1969. Ketika itu, kata Goenawan, Dawam habis mengikuti kegiatan pertukaran pelajar di Amerika Serikat.
Baca: Jokowi: Dawam Rahardjo Sosok yang Konsisten Lawan Diskriminasi
Setelah dua tahun bekerja di Bank Amerika, Dawam berhenti dan bergabung dengan Lembaga Penelitian dan Pembangunan Ekonomi-Sosial (LP3ES) sebagai staf peneliti.
Posisinya merangkak naik menjadi Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan hingga akhirnya menjadi direktur. Saat di LP3ES inilah, tulisan maupun esainya mengenai ekonomi dan politik tersebar di media massa. Dawam juga tetap aktif menulis jurnal dan buku.
Dawam juga bergabung dengan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat pada 1995-2000. "Di kalangan ICMI ada juga orang macam Dawam yang mempunyai pemikiran cendekiawan Islam harus maju dalam hal pemikiran," kata Goenawan.
Dawam Rahardjo tutup usia di umur 76 tahun. Ia meninggal pada Rabu malam, 30 Mei 2018, karena menderita penyakit komplikasi, seperti diabetes, jantung, dan stroke. Dalam beberapa bulan terakhir dia harus menjalani perawatan intensif untuk mengobati penyakitnya. Jenazah Dawam dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, seperti keinginannya sebelum meninggal.