Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Harap Pulang Ke Batusangkar

Ikip padang bermula dari ptpg di batusangkar. h karani khatib sutan mewakili para perantau kab tanah datar di jakarta mengusulkan pemindahan kembali ikip padang ke batusangkar. sulit dilaksanakan.(dh)

9 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI ujung tahun 1954 Perguruan Tinggi PendMikan Guru (PIPG) berdiri di Batusangkar. Juga di Malang dan Bandung. Seperti juga dua kota terakhir pemilihan Batusangkar itu dianggap tepat. Kotanya sejuk. Lingkungannya tenang ideal untuk pendidikan. Apalagi kampus terletak di Bukit Gombak, 4 Km di luar kota. Untuk pengembangan tersedia tanah yang luas sekitar 450 Ha. Itu tanah diserahkan masyarakat secara sukarela. Tapi kemalangan lain telah datang. Belum lagi PTPG Batusangkar sempat melahirkan sarjana pendidikan pertama, pergolakan daerah pecah. Tahun 1959 dan 1960 kampus yang ada nyaris berantakan. Setelah itu dengan alasan keamanan perkuliahan pindah ke Padang. Tempatnya di Air Tawar. Namun walaupun pergolakan sudah selesai PTPG itu tak lagi sempat pulang kandang. Malah kemudian nama Perguruan Tinggi itu sudah berobah menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP). Kemudian jadi Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) sampai sekarang. Begitu juga yang di Malang maupun di Bandung. Liwat SK Menteri tahun 1965 Batusangkar seperti tak punya hubungan apa-apa lagi dengan IKIP Padang. Dan IKIP Padang itupun berkembang biak dengan hebatnya. Dari 1 fakultas jadi 5 fakultas seperti keadaannya sekarang. Luas gedungnya saja menjadi 20. 000 m2 di atas tanah seluas 100 Ha. Jumlah mahasiswa terakhir tercatat 2300 orang seperti dikatakan Rektor IKIP Dr. Jakub Isman. Tak cuma itu FKT-IKIP baru saja dapat tunjangan Bank Dunia untuk membangun kampus dan laboratorium bernilai Rp 1 milyar. Ruas & Buku Tapi yang agak merisaukan warga Tanah Datar yang beribukota di Batusangkar adalah: bukankah IKIP Padang itu adalah PTPG Batusangkar? Pertanyaan ini bermula dari reuni sejumlah perantau Kab. Tanah Datar di Jakarta. Seperti tersentak dari lamunan yang panjang, reuni tokoh Tanah Datar baik yang sipil maupun militer itu melahirkan kesepakatan: IKIP itu mesti pulang kandang. Seperti bertemu ruas dengan buku para tokoh Tanah Datar itupun mengirim utusan ke Sumatera Barat. Namanya Haji Karani Khatib Sutan. Ini tokoh bekas pejuang Tanah Datar juga. Karani menyebut 2 alasan mengapa mereka gigih memperjuangkan IKIP ex PTPG itu kembali ke Batusangkar. Pertama untuk mengenang jasa-jasa Moh. Yamin SH yang Mahaputera. Sebab dulu dialah yang menunjuk kota ini untuk tempat pendidikan guru. Dan yang kedua disesuaikan dengan keinginan Pemerintah, menggali sebanyak-banyaknya sejarah perjuangan bangsa. Itu sejalan pula dengan pembangunan kembali Istana Pagarruyung. Di Batusangkar Karani dan kawan-kawannya menghadap Bupati Tanah Datar Sulaiman Zulhudi. "Karena perjuangan ini sudah dimulai secara pribadi dan lagi sudah sejak di Jakarta, hubungilah pak gubernur secara pribadi", begitu Sulaiman berkomentar sebagaimana dikutip Karani. Tapi Bupati ada menyebut, kata Karani melanjutkan: sebagai bawahan gubernur sudah tentu ia tinggal perintah. Agaknya Karani memang memerlukan sokongan. Tapi malangnya sokongan yang riel dari kalangan masyarakat Tanah Datar sendiri kurang diperoleh. Kepada TEMPO Bupati Sulaiman punya alasan lain. "Itu tidak logis. Bagaimana mungkin memindahkan IKIP yang sudah punya kampus itu kemari". Kalangan DPRD Tanah Datar pun berpendapat yang sama. Tapi Karani memang bertahan bersama kawan-kawannya. Soalnya di Batusangkar kecuali satu Fakultas IAIN Imam Bonjol, tak ada lagi perguruan tinggi yang patut dicatat. Padahal kota ini ideal untuk pendidikan. Soal tanah disebut sebagai tidak ada problem. Tanah di Bukit Gombak memang masih kosong melompong. Daerah itu ramai jika saja ada Pacu Kuda yang berlokasi di situ. Sebagian kecil ada dipakai Kodam III untuk asrama. Dan tanah-tanah itupun masih seperti status semula. Membina Dari kantornya di Air Tawar Padang Rektor IKIP Padang Dr. Jakub Usman mengemukakan juga keberatan-keberatannya. "Jika pindah mesti punya sarana", katanya. Dan Jakub menyebut juga betapa kesulitan yang dihadapi Institut yang dipimpinnya membina prasarana dan sarana yang kini nyaris lengkap mereka miliki. "Tapi tuntutan minta pulang itu tidak salah", komentarnya di sebelah lain. Jakub Isman mengakui bahwa secara historis antara PTPG dan IKIP ada hubungan. Itupun persis sama dengan PT PG Malang dan Bandung yang kini juga jadi IKIP. Tapi ada soal lain yang disebut Isman. "Institut harus dekat dengan Kanwil PDK Propinsi". Alasannya? IKIP kini ditugaskan untuk menatar guru-guru. Dan itu tak cuma di kawasan Sumbar, tapi juga nyaris separo pulau Sumatera. Dan Jakub iuga menyebut rentetan lainnya. Sebab IKIP di sini pernah jadi pilot proyek pendidikan macam-macam. Tapi lepas dari keadaan serupa itu bagian terbesar dari masyarakat Tanah Datar agaknya sependapat dengan Karani cs agar Batusangkar tak dilupakan. "Kami hanya mengingatkan, Jika pemerintah setuju silakan ambil alih persoalannya", kata Karani dengan pasrah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus