Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak 2015, setiap tanggal 1 Oktober masyarakat pencinta kopi memperingatinya sebagai Hari Kopi Internasional. Kopi telah berabad-abad lamanya dinikmati oleh umat manusia antargenerasi. Sejarah mencatat, kopi telah ditemukan sejak 850 M dan mungkin jauh sebelum itu dengan sejumlah laporan dan legenda seputar penggunaan pertamanya. Pertumbuhan kopi di seluruh dunia berawal dari hutan kopi purba di dataran tinggi Ethiopia selama berabad-abad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari ncausa.org, salah satu legenda yang paling populer tentang kopi adalah kisah Kaldi, seorang penggembala kambing yang disebut-sebut sebagai orang pertama yang menemukan kopi. Bagaimana pun juga ini adalah legenda, bisa benar, bisa juga salah. Konon setelah makan biji dari pohon di hutan Ethiopia tersebut, kambing yang digembala Kaldi menjadi lebih kuat dan kemudian tidak mau tidur di malam hari. Kaldi menemukan pohon tersebut dan melaporkan temuannya kepada kepala biara di sebuah biara setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala biara menyiapkan minuman dengan biji tersebut dan meminumnya. Biara tersebut menemukan bahwa dirinya tetap bangun untuk selama berjam-jam doa malam. Kepala biara berbagi temuannya dengan biarawan lain di biara dan pengetahuan tentang buah beri yang memberi energi mulai menyebar. Saat berita itu bergerak ke timur dan kopi mencapai Jazirah Arab, sebuah perjalanan mulai membawa biji-biji ini ke seluruh dunia.
Budidaya dan perdagangan kopi diduga pertama kali dimulai di Semenanjung Arab, tepatnya di distrik Yaman pada abad ke-15 sebagai tanaman budidaya. Kemudian pada abad ke-16, kopi mulai dikenal di Persia, Mesir, Suriah, dan Turki. Kopi dinikmati tidak hanya di rumah tetapi juga di banyak kedai kopi umum yang disebut “qahveh khaneh”, yang mulai bermunculan di kota-kota di Semenanjung Arab. Setiap tahun ribuan peziarah dari seluruh dunia mengunjungi Tempat Suci Mekah. Keadaan ini turut memperluas pengetahuan tentang kopi ke berbagai penjuru dunia.
Melansir dari drivencoffee.com, tanaman kopi datang ke Indonesia melalui pedagang dan penjajah Belanda pada akhir 1600-an, yang telah menyelundupkan benih kopi dari Yaman pada awal abad itu. Pulau pertama yang ditanami kopi adalah Jawa, rumah bagi kota Jakarta yang saat itu disebut Batavia.
Pemerintah Kolonial Belanda telah meluncurkan perkebunan di seluruh kota pada 1699 dan ekspor komersial besar pertama pada 1711. Pulau Jawa dengan cepat menjadi salah satu produsen kopi terbesar di dunia dan sumber biji kopi pilihan Eropa. Selama abad-abad berikutnya kopi menyebar ke Sumatera, Sulawesi, Bali dan Timor.
Melansir dari aslancoffee.com.au, pada pertengahan abad ke-17, VOC memperluas daerah penanaman kopi arabika di Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor. Di Sulawesi kopi pertama kali ditanam pada 1750. Di dataran tinggi Sumatera Utara kopi pertama kali ditanam di dekat Danau Toba pada 1888, diikuti di dataran tinggi Gayo, Aceh, dekat Danau Laut Tawar pada tahun 1924. Pada akhir 1800-an, kolonial Belanda mendirikan perkebunan kopi besar dii Dataran Tinggi Ijen, Jawa Timur.
Namun, pada 1876 terjadi penyakit karat kopi melanda Indonesia dan memusnahkan sebagian besar kultivar typica. Kopi robusta (C. Canephor var. Robusta) diperkenalkan ke Jawa Timur pada tahun 1900 sebagai pengganti, terutama di dataran rendah, rusak oleh penyakit karat tersebut.
Perkebunan di Jawa kemudian dinasionalisasi setelah Indonesia merdeka dan direvitalisasi dengan varietas baru kopi arabika pada 1950-an. Varietas ini juga diadopsi oleh petani kecil melalui pemerintah dan berbagai program pembangunan. Saat ini lebih dari 90 persen kopi Indonesia ditanam oleh petani kecil di lahan pertanian dengan luas rata-rata satu hektare atau kurang. Sebagian besar produksinya organik dan setidaknya 19 koperasi petani dan eksportir bersertifikat internasional untuk memasarkan kopi organik.
HENDRIK KHOIRUL MUHID