Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Ini Profil 2 Tokoh yang Hari Lahirnya Ditetapkan UNESCO sebagai Hari Perayaan Internasional

Penetapan ini berlangsung di sesi sidang Pleno Laporan dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42 pada 22 November 2023 lalu..

4 Desember 2023 | 14.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - UNESCO resmi menetapkan hari lahir dua tokoh kenamaan Indonesia ditetapkan sebagai hari perayaan internasional. Penetapan itu diumumkan oleh Direktur Jenderal UNESCO di hari penutupan Sidang Umum ke-42 UNESCO di Paris, Prancis pada 22 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua tokoh Indonesia tersebut adalah sastrawan termasyhur, AA Navis, dan pejuang perempuan asal Aceh, Keumalahayati. Penetapan ini berlangsung di sesi sidang Pleno Laporan dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, penetapan peringatan tokoh ternama tersebut didasarkan pada tiga kriteria. Pertama, tahun kelahiran atau kematian tokoh terkait dengan cita-cita dan misi organisasi dalam bidang pendidikan, budaya, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan kemanusiaan.

Kedua, komunikasi yakni usulan dengan mempertimbangkan keterwakilan gender, dan hanya dapat diusulkan secara anumerta. Ketiga, mengandung peristiwa universal atau minimal di dukung oleh dua negara, dengan memiliki dampak besar bagi negara ataupun dunia.

Berikut profil singkat tokoh AA Navis Keumalahayati:

1. AA Navis

AA Navis, seorang pahlawan dalam dunia sastra Indonesia, dia figur yang memperkaya warisan kebudayaan bangsa melalui karya-karyanya yang luar biasa.

Dikutip dari Badanbahasa.kemdikbud.go.id, dia lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada  17 November 1924, dan tumbuh dalam lingkungan budaya Minangkabau.

Kesenangan Navis terhadap sastra dimulai dari rumah. Orang tuanya, pada saat itu, berlangganan majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat yang memuat cerita pendek dan cerita bersambung di setiap edisinya. 

Ayahnya, St. Marajo Sawiyah, kemudian membelikan buku bacaan kegemarannya. Inilah yang menjadi modal awal Navis untuk menekuni dunia sastra. Dia memulai kariernya sebagai penulis saat menginjak usia 30-an tahun. 

Nama lengkapnya Ali Akbar Navis, dia menggunakan nama pena "AA Navis". Dia aktif menulis sejak tahun 1950, namun karyanya baru diakui sekitar tahun 1955 sejak cerpennya banyak muncul di beberapa majalah, seperti Kisah, Mimbar Indonesia, Budaya, dan Roman.

Navis adalah sastrawan yang memberikan kontribusi besar dalam mengangkat kisah kehidupan masyarakat Nusantara. Dia berusaha menyoroti kelemahan cerpen Indonesia dan mencari kekuatan cerpen asing. Bahkan kritikus sastra asal Belanda, Andries Teeuw, menilai Navis sebagai pengarang Angkatan Baru yang menyuarakan Sumatera di tengah pengarang Jawa.

Pengusulan penetapan peringatan 100 tahun kelahiran Ali Akbar Navis (1924-2003) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan Togo.

2. Keumalahayati

Keumalahayati adalah seorang pahlawan Aceh yang terkenal karena memimpin pasukan laut dalam perang melawan Belanda pada awal abad ke-16. Dia memainkan peran penting dalam pertahanan Aceh. Dia berhasil menghalau serangan-serangan Belanda di perairan Aceh dan membunuh Cornelis de Houtman dalam duel satu lawan satu. 

Mengutip dari laman Perpustakaan Nasional, Keumalahayati dikenal juga dengan nama Laksamana Malahayati. Dia lahir di Aceh Besar pada tahun 1550. Pada masa kanak-kanak dan remaja, Keumalahayati mendapat pendidikan istana karena ia masih berkerabat dengan Sultan Aceh. 

Ayahnya, Laksamana Mahmud Syah, merupakan seorang panglima angkatan laut armada Aceh yang terampil dan terhormat, dan ia mewariskan ilmu dan keahliannya kepada Keumalahayati.
 
Ketika ayah Keumalahayati meninggal dunia, Sultan Alauddin Riayat Syah mengangkat Keumalahayati sebagai Laksamana baru. Jabatan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh menjadikan Keumalahayati sebagai laksamana wanita pertama dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara.
 
Dalam masa kejayaannya, Keumalahayati berhasil membuktikan bahwa dirinya merupakan pemimpin yang cakap di tengah skeptisisme terhadap perempuan. Pengusulan penetapan peringatan 475 tahun kelahiran Keumalahayati (1550-1615) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand dan Togo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus