Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Integrasi: dari rakyat dan langit

Sidang resmi timor timur berintegrasi kedalam wilayah indonesia. menjelang pengesahan integrasi, poster dijatuhkan ke lantai maksudnya kemauan integra si dari rakyat dan juga dari langit. (nas)

12 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UDARA terasa panas di bekas gedung olahraga di Dili, ibukota Timor Timur 31 Mei siang itu. Sejumlah wartawan asing dan dalam negeri dipersilakan menempati balkon gedung yang digunakan sebagai ruang :sidang. Sebanyak 28 meja kecil dibungkus kain hijau disediakan bagi para wakil majelis rakyat yang duduk dengan rapihnya disitu. Di panggung berdiri sang Merah Putih diapit anyaman janur kuning terukir. Sebuah layar besar bertuliskan Reuniad Oficial Da Assembleia Popular da Timor Timur, menandakan bahwa secara resmi pula Timor Timur siap masuk wilayah Indonesia. Ketika rombongan yang juga terdiri dari 7 perwakilan asing dari Jakarta -- antara lain Dubes India dan Iran--tiba di pelabuhan udara Dili, sebuah spanduk menyambut: Selamat Datang di Propinsi ke-27 R.I. Sejak dari lapangah terbang sampai dengan di gedung sidang terasa pengawalan ketat dari pasukan Pemerintah.Sementara Timor Timur (PSTT). Mereka berseragam hijau, pakai celana pendek dan menyandang senjata otomatis jenis Gatmie yang siap tembak. Sekalipun siang itu suasana tampak aman sekali. Lebih dari dua lusin sedan merek Datsun, Volvo dan Landrover siap membawa para tamu dengan para supir yang diam seribu basa. Mobil-mobil itu ada pemberian Pemerintah RI. Rakyat setempat -- terdiri dari anak sekolah,orang dewasa dan kakek-nenek--melambai-lambaikan bendera kecil merah-putih menyongsong rombongan di sepanjang jalan. Mereka terdengar berteriak: 'Viva Integrasi, Hidup Presiden Soeharto". Ada juga yang menunggang kuda dan berpakaian adat sebagaimana layaknya orang di Indonesia menyambut tamunya. Juga tampak polisi lalulintas Dili yang berseragam mirip di Indonesia. Dan orang-orang berseragam kuning tanpa senjata seperti Hansip. Tapi tidak kelihatan ada ABRI di sana. Safari & Dunhill Setiba iringan mobil di gedung sidang, pengawalan ketat makin terasa. Baik oleh pasukan PSTT dan para petugas berpakaian preman. Tak jauh dari gedung yang dekat laut itu kelihatan pelabuhan Dili. Menurut Domingus Oliviera, "pelabuhan itu sudah selesai dibangun oleh Portugis". Saat itu sebuah kapal barang berbendera Indonesia sedang merapat di sana. Di depan layar tampak duduk pimpinan Majelis: Ketua Mario Concalves, wakil ketua Gospar Gruza da Silvanunes dan sekretaris Thomas Xaviera. Di pojok kiri duduk gubernur Arnaldo Do Rayes da Araujo dan wakil gubernur Francisco Lopes da Cruz. Di belakangnya duduk para anggota majelis PSTT tadi. Semuanya tampak berpakaian seragam model safari. Di setiap meja tampak ada sebungkus rokok Dunhill dan tiga macam minuman: susu, fanta dan air putih. Tampak ada 2 anggota wanita, masing-masing nyonya Perito dan nyonya Soares. Mereka mewakili 13 distrik di Timor Timur dan kota Dili. Tak lama setelah rombongan tiba Ketua Majelis membuka sidang. Dengan lancar dan mudah keputusan diambil: yaitu persetujuan rakyat Timor Timur untuk berintegrasi dengan RI tanpa referendum. Sementara sidang berlangsung, di luar gedung berlangsung pawai alegoris oleh rakyat yang datang dari luar dan dari kota Dili dengan membawa plakat yang bertuliskan nama daerah asal mereka. Baik orang Timor asli dan keturunan Cina ikut serta dalam barisan mengarak barongsai. Wartawan tidak diperkenankan meninggalkan gedung olahraga itu. Baru saja kaki dilangkahkan menuruni tangga, ada saja petugas berpakaian sipil yang menegur. Begitu pula ketika wartawan mencoba bertanya pada beberapa anggota Majelis yang kebetulan ada di luar ruang sidang, dengan sopan anggota-anggota itu diminta masuk lagi oleh petugas itu. Di langit-langit ruang sidang tergantung sebuah poster dengan tulisan "Viva Integracao, Viva Indonesa" Menjelang palu pimpinan jatuh mengesahkan persetujuan untuk integrasi, poster itu dilepaskan dan jatuh ke lantai. Maksudnya: "Persetujuan integrasi itu bukan saja datang dari rakyat tapi juga dari langit" ujar Andreas Santos, seorang pejabat', Humas PSTT yang lain. Selesai sidang rombongan bagaikan turis dibawa keliling kota Dili. Gedung-gedung dicat bersih. Begitu pula toko-toko. Cuma saja, keadan sepi kelihatan mencekam gedung-gedung itu. Begitu pula rumah penduduk. Mungkin mereka ikut pawai. Sebuah Biro Pariwisata belum lagi berfungsi, masih diisi oleh tentara PSTT yang berjaga-jaga. Beberapa lampu reklame toko hancur bekas kena peluru. Juga dinding rumah dekat pelabuhan, bopeng kena pelor. Gedung untuk kantor penguasa pelabuhan yang sudah 3/4 bagian selesai dibangun masih didiamkan. Tapi gedung bekas kantor Gubernur Portugis semakin indah setelah dicat, dengan Merah Putih berkibar di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus