Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CARA pandang Basuki Tjahaja Purnama terhadap partai politik berubah karena hal sederhana: soal bayar-membayar makanan. Basuki alias Ahok menceritakan interaksi dengan partai politik saat menjadi calon Bupati Belitung Timur dan calon Gubernur Bangka Belitung. "Kalau mengajak partai kumpul, satu restoran saya yang bayar," ujarnya saat deklarasi pencalonan di Graha Pejaten, Jakarta, Rabu pekan lalu. Setelah ia populer di Jakarta, Basuki bercerita, yang terjadi justru sebaliknya.
Mantan Bupati Belitung Timur itu mengaku beberapa kali makan dengan Ketua Golkar DKI Jakarta Fayakhun Andriadi dan Ketua Koordinator Wilayah Partai NasDem DKI Jakarta Victor Bungtilu Laiskodat. Tak sekali pun Basuki mesti membayar makanan yang dipesan. Dia merasa partai politik telah berubah. Setelah bercerita panjang-lebar selama hampir setengah jam, dengan cepat Basuki berkata sembari bergegas turun dari panggung, "Ya sudah, kita pakai parpol sajalah."
Kalimat terakhir Basuki langsung disambut meriah pendukungnya. Pilihan ini menjawab teka-teki selama setahun: jalur apa yang bakal dipakainya dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Dalam berbagai kesempatan, Basuki sebelumnya kukuh memilih jalur perseorangan. Syaratnya, Teman Ahok, relawan pendukungnya, mesti berhasil mengumpulkan satu juta dukungan.
Saat batas syarat dukungan terpenuhi, tiga partai, yakni Partai Golkar, NasDem, dan Hanura, mulai merapat. Sikap Teman Ahok tak lagi keras. Sikap gamang justru terjadi saat syarat yang diminta Basuki tercapai. Mereka mulai melunak. Saat merayakan satu juta dukungan, pendiri Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, meminta partai mengeluarkan surat rekomendasi resmi. "Selama tidak ada pernyataan jelas hitam di atas putih, kami tetap fight di jalur independen," ujar Amalia.
Basuki setali tiga uang. Dia bahkan secara tegas menyatakan memilih tak menjadi gubernur jika mesti meninggalkan Teman Ahok. "Kalau saya disuruh pilih, pilih Teman Ahok tapi gagal jadi gubernur, saya pilih tidak jadi gubernur," katanya. Saat Basuki memilih partai politik, Amalia berusaha maklum. Menurut dia, gerakan yang mereka lakukan hanya untuk menyediakan kendaraan alternatif agar Basuki tetap bisa bertarung.
Seorang politikus menuturkan, nama yang paling berperan agar Basuki memilih partai politik adalah Presiden Joko Widodo. Menurut dia, Basuki dalam berbagai kesempatan selalu melaporkan perkembangan politik di DKI Jakarta kepada Jokowi. Salah satu pertemuan yang terekam adalah saat Basuki dipanggil ke Istana Negara pada 4 Juli lalu. Setelah pertemuan, Basuki mengundang dua politikus Golkar, Yorrys Raweyai dan Fayakhun Andriadi, serta Victor Laiskodat ke kediamannya di Pantai Mutiara, Jakarta Utara.
Kepada ketiganya, Basuki mengulangi pokok pembicaraannya dengan Jokowi. Salah satu usul Jokowi adalah meminta Basuki maju kembali bersama Djarot Saiful Hidayat. Alasannya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri masih kesengsem oleh Basuki. Seorang peserta pertemuan itu menuturkan, Basuki menceritakan kesediaan Jokowi melobi Megawati agar pasangan inkumben ini bisa maju kembali.
Rupanya, tak semua pendukung sepakat. Victor Laiskodat menolak dengan alasan Basuki telah memilih Heru Budi Hartono sebagai calon wakil gubernur. Victor beralasan mereka bakal kerepotan menjelaskan kepada publik bahwa Basuki berpasangan dengan Djarot. Saat dimintai konfirmasi, Fayakhun Andriadi membenarkan pertemuan di kediaman Basuki meski tak menjelaskan isinya. "Saya berbuka puasa di kediaman beliau," kata Fayakhun.
Peran Jokowi kembali terlihat ketika Basuki hendak mengumumkan deklarasi pencalonannya pada Rabu pekan lalu. Lagi-lagi Basuki berkonsultasi dengan Presiden. Hari itu Basuki menyambangi Istana Negara untuk menghadiri pelantikan menteri. Seusai acara, ia tak langsung masuk ke ruang makan seperti undangan lain. Tempo melihat Basuki dibisiki seorang protokol kepresidenan, kemudian masuk ke ruangan lain.
Seorang politikus menuturkan, Basuki kembali melaporkan perkembangan politik di DKI Jakarta. Sumber lain mengatakan Ketua Pemenangan Pemilu Partai Golkar Nusron Wahid ikut hadir dalam pertemuan tersebut. Kepada sejumlah orang dekatnya, dua politikus ini menceritakan kembali pertemuannya dengan Presiden. Salah satu topik yang dibicarakan adalah kedatangan Jokowi ke kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, tiga pekan sebelumnya.
Dalam pertemuan di Teuku Umar itu, pembicaraan lebih positif karena terkait dengan sinyal kesediaan PDI Perjuangan mendukung Basuki. Artinya, kata politikus itu, kemungkinan besar Basuki bakal kembali berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat. Jokowi meminta Basuki tetap meneruskan rencana pengumuman pilihan maju sebagai calon gubernur tanpa mengumumkan wakilnya. Nusron Wahid tak mau menjawab soal pertemuan ini. "No comment!"
Juru bicara Istana Kepresidenan, Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan tak tahu detail pertemuan ini. "Saya tidak melihat Pak Ahok menghadap Presiden secara khusus," ucap Johan kepada Istman Musaharun dari Tempo. Adapun Basuki mengakui adanya peran Jokowi. "Aku cuma mengikuti Pak Jokowi. Saya tanya, 'Reshuffle kapan, Pak?'"
Di Graha Pejaten, Basuki dan tiga partai pendukungnya sempat berkumpul di salah satu ruangan Teman Ahok. Basuki kembali menceritakan soal pertemuannya dengan Presiden. Seorang politikus mengatakan NasDem masih belum sreg dengan pilihan meninggalkan Heru Budi Hartono. Dalam pidatonya, Victor Laiskodat menyerahkan sepenuhnya apa pun pilihan yang diambil Basuki. Adapun Fayakhun Andriadi mengatakan, "Wartawan malah lebih tahu."
Sinyal lain dukungan Jokowi adalah penunjukan Nusron Wahid sebagai Ketua Tim Pemenangan Ahok. Padahal saat ini pria itu menjabat Kepala Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Sejumlah politikus mengatakan Nusron dipilih atas permintaan Basuki dan restu Jokowi.
Alasan pemilihan Nusron untuk mencegah kampanye hitam terhadap Basuki. Dia dipilih untuk merebut simpati pemilih dari kalangan Islam dan beretnis Jawa. Nusron berlatar belakang warga nahdliyin dan menjadi Ketua Gerakan Pemuda Ansor 2011-2015. Nusron enggan menjelaskan siapa yang memerintahkannya memimpin Tim Pemenangan Ahok. "Itu rahasia dapur, Bos!" katanya.
Upaya Jokowi menjembatani Basuki dengan PDI Perjuangan menunjukkan titik terang pada Kamis pekan lalu. Sebelum menghadiri penutupan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, Basuki dan Djarot Saiful Hidayat sempat membicarakan pencalonan mereka di Balai Kota. Setelah itu, keduanya meluncur ke Teuku Umar. Di sana mereka bertemu dengan Jokowi, yang juga menyambangi Megawati.
Salah satu yang dibicarakan adalah kemungkinan memasangkan kembali Basuki dengan Djarot. Megawati, menurut seseorang yang mengetahui pertemuan itu, memberi sinyal positif. Deklarasi pencalonan pasangan ini bakal diselenggarakan pada Agustus mendatang. Tanda-tanda kemesraan Megawati, Jokowi, dan Basuki pun terlihat saat mereka mendatangi lokasi penutupan Rapimnas Golkar. Dengan wajah cerah, ketiganya turun dari Toyota Alphard yang sama.
Wayan Agus Purnomo, Devy Ernis, Larissa Huda
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo