PENENTUAN tanda gambar kedua parpol nampaknya tidak bisa
ditunda-tunda lagi. Sebab waktu perpanjangan yang diberikan
Lembaga Pemilihan Umum kepada Partai Persatuan Pembangunan dan
Partai Demokrasi Indonesia -- agar mengajukan tanda gambar
pengganti - berakhir hari Sabtu ini. Ternyata hanya PDI-lah yang
menyerahkan tanda gambar pengganti kepada LPU. Sebab tanda
gambar "perisai Pancasila" yang pertama diajukan, telah ditolak
fihak LPU. Penolakan terutama didasarkan bahwa tanda gambar
tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang Pemiilu yang melarang
mengajukan tanda gambar yang menyamai atau menyerupai "lambang
negara". Karena itu tanda gambar yang diajukan PDI "jelas
ditolak", demikian Kas Kopkamtib Laksamana Sudomo sesaat sebelum
sidang paripurna kabinet dimulai hari Selasa pekan lalu. Adapun
dua tanda gambar pengganti yang diajukan kemudian, ternyata
belum juga disetujui fihak LPU. Sebab menurut Mendagri
Amirmachmud kedua tanda gambar pengganti ini "terlalu sama
dengan lambang negara dan itu tidak diperkenankan menurut "UU".
Sementara itu Ketua DPP-PDI Usep Ranawijaya yang ditemui pers
seusai rapat DPP Jum'at lalu menegaskan sikap partainya yang
"bagaimana pun juga akan tetap memperjuangkan agar tanda gambar
PDI memuat sila-sila Pancasila" Ranawijaya antara lain
mengibarkan bentuk lingkaran atau persegi empat di mana di
dalamnya terdapat sila-sila PancasiIa. "Dan ini tak perlu
dianggap menyerupai lambang negara", katanya.
Bagaimana dengan PPP? Setelah tiga kali pertemuan resmi antara
DPP-PPP denan Mendagri Amirmachmud dan Kaskopkamtib Sudomo,
maka hari Jum'at pagi minggu lalu musyawarah kedua fihak itu
telah mencapai mufakat menetapkan gambar Ka'bah sebagai tanda
gambar PPP dalam pemilu nanti. Sebelumnya lebih dari 10 kali
diadakan lobbying. Baik lewat telepon atau dalam kesempatan
jamuan makan kedua fihak. Bahkan dua hari menjelang pertemuan di
Depdagri pekan lalu itu, Ketua Majelis Syura PPP K.H. Bisri
Syamsuri telah didatangi Sekjen Departemen Agama Laksamana
Pertama Bahrum Rangkuti. Bahrum yang kabarnya diutus oleh
berbagai fihak dari kalangan pemerintah dan aparat keamanan,
meminta sekali lagi kepada Bisri Syamsuri agar PPP mengganti
tanda gambar Ka'bah tersebut.
Jawaban yang datang dari ketua Majelis Syura PPP itu ternyata
membuyarkan harapan Sekjen Departemen Agama tersebut.
"Pemilihan tanda gambar Ka'bah ini adalah hasil istikharah.
Karena ini merupakan petunjuk Tuhan, maka saya tidak bisa
merobahnya", kata Bisri yang juga anggota DPR mewakili daerah
pemilihan Jawa Timur. Selain pemilillan gambar Ka'bah itu
merupakan hasil istikharah (sembahyang untuk menetapkan
keputusan). DPP-PPP sendiri menghadapi tantangan-tantangan dari
wilayah dan cabang-cabang PPP di daerah agar mempertahankan
tanda gambar itu.
Ratusan surat yang dialamatkan kepada DPP-PPP hanya dalam
menghadapi soal tanda gambar tadi. Belum lagi telepon-telepon
interlokal yang sering mengganggu jam tidur para anggota DPP-PPP
di Jakarta.
Alasan serupa dikemukakan ketika pertemuan di jalan Veteran
antara Mendagri dan pejabat LPU serta Asbin Sospol Hankam dengan
lima anggota DPP-PPP. Dalam musyawarah itu "LPU dapat menerima
gambar Ka'bah sebagai tanda gambar PPP dalam pemilu", demikian
Idham Chalid Presiden PPP memberi keterangan pers seusai
pertemuan. Idham yang sehari-hari menjabat ketua DPR dan MPR
tak lupa menambahkan permintan pemerintah agar PPP "ikut serta
bertanggung jawab dalam memelihara ketertiban dan ketenteraman
masyarakat khususnya menghadapi pemilihan umum".
Apa yang dimaksud dengan ikut bertanggung jawab, Idham menolak
memberi jawaban. "Tidak usah ditanya lagi. Semua sudah kita
tahu", katanya sambil melangkah menuruni tangga Departemen Dalam
Negeri. Namun demikian Ketua Fraksi PPP di DPR Nuddin Lubis
mengatakan kepada T MPO pekan lalu bahwa "sebagai warga negara
yang baik -- apalagi sebagai Partai Persatuan Pembangunan tanpa
diminta jelas kita ikut bertanggung jawab dalam soal keamanan
negara". Hanya saja tanggung jawab partai dan warga negara,
menurut Nuddin Lubis, tidak sama dengan pemerintah. Artinya
"mengeritik sikap Pemerintah namanya juga tanggung jawab.
Sebaliknya petugas keamanan yang bertindak korup sara artinya
tidak bertanggung jawab kata Lubis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini