Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kapal Canggih Made In Banyuwangi

Perusahaan Lundin mampu membuat kapal tak terdeteksi radar. Industri dalam negeri, cocok untuk perairan Nusantara.

24 September 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejumlah pekerja mengebut proses akhir pembuatan sekoci cepat jenis rigid inflatable boat (RIB) di galangan kapal PT Lundin Industry Invest, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin dua pekan lalu. Sebagian memoles bodi, sementara yang lain memasang radar dan komponen kokpit.

Tahun ini, Lundin mendapat pesanan 12 sekoci cepat dari TNI Angkatan Laut. Enam di antaranya harus rampung akhir September ini. "Enam RIB lain kami kerjakan bulan berikutnya," kata Allan Boon, Manajer Marketing PT Lundin, kepada Tempo, Senin dua pekan lalu.

Sekoci-sekoci dengan panjang 11 meter dan lebar 3,2 meter itu akan melengkapi kekuatan matra laut RI. Tak hanya lincah untuk operasi militer, RIB bisa diandalkan buat search and rescue. Kapal kecil ini mampu melesat hingga 90 kilometer per jam lengkap dengan perangkat global positioning system serta radar canggih untuk mengidentifikasi kapal jenis lain dan kedalaman laut.

Lundin merupakan pembuat kapal militer pertama milik swasta di Tanah Air. Perusahaan yang terletak di Kelurahan Sukowidi, Kalipuro, sekitar 20 kilometer di selatan Kota Banyuwangi, ini mampu membuat kapal-kapal canggih berkelas dunia. Sebanyak 16 jenis produk kapal dilahirkan, mulai kategori kapal militer sampai yang komersial, kapal wisata. Lundin pun kini memiliki International Marine Certification Institute atau Certificate Europe agar produknya diterima di kawasan Asia dan Eropa. Perusahaan yang telah memiliki cabang di Singapura ini mengantongi ISO 9001-2008.

Namun Lundin tak terkenal di Indonesia. Namanya baru melambung setelah peluncuran kapal siluman berlunas tiga (trima­ran), KRI Klewang 625, akhir Agustus lalu. Kapal pesanan TNI Angkatan Laut seharga Rp 114 miliar itu diklaim sebagai kapal perang pertama di Asia yang mengaplikasikan bahan komposit karbon sehingga tidak terdeteksi radar. "Teknologi tercanggih yang dimiliki Angkatan Laut RI," ujar Allan.

Kapal siluman ini berkecepatan 30 knot dan dapat beroperasi di laut curam dan pendek, seperti karakter lautan di kepulauan Indonesia. Kapal ini dirancang sejak 2007 dengan panjang 63 meter dan bobot 53,1 ton berat mati. Empat peluru kendali dengan daya jelajah hingga 120 kilometer melengkapinya.

Lundin didirikan pasangan suami-istri John Ivar Alan Lundin, 43 tahun, dan Lizza, 42 tahun, pada 2001. John berasal dari Swedia, anak Alan Lundin, pemilik perusahaan pembuat kapal militer, Swede Ship. Di eranya, Swede Ship termasuk perusahaan terbesar negara tersebut.

Pada 1990-an, John datang ke Indonesia untuk menjajaki pengembangan Swede Ship di Nusantara. Saat itulah ia mengenal Lizza, perempuan asli Banyuwangi. Sebelum rencana ekspansi terealisasi, Alan Lundin wafat pada 1996. John dan Lizza menikah, lantas menetap di Swedia untuk meneruskan perusahaan keluarganya. Namun, tak lama, Swede Ship bangkrut karena krisis ekonomi.

Lizza lalu mengajak suaminya merintis kembali bisnis kapal di Banyuwangi. "Selain tempat saya lahir, Banyuwangi punya laut yang cukup luas dan masih sepi (belum ada pesaing)," kata Lizza kepada Tempo, Senin dua pekan lalu. John menyambut baik. Apalagi ia melihat negara kepulauan terbesar di dunia ini masih sangat minim peralatan maritim. "Dengan laut seluas itu, Indonesia harus punya banyak kapal perang berteknologi tinggi," ujar John, yang menjabat direktur utama di PT Lundin.

Saat memulai usahanya, Lundin tak langsung membuat kapal perang. Proyek pertamanya justru furnitur dari kayu jati. Perabot dipilih lebih dulu karena merupakan teknik dasar dalam membuat kapal. Menurut Lizza, interior kapal jenis apa pun pasti berasal dari kayu. "Sehingga keterampilan ini harus dikuasai lebih dulu oleh karyawan kami," katanya.

Mereka baru siap memproduksi kapal pada 2003, dengan jenis kapal perorangan untuk rekreasi. Namun konsumennya sudah menyebar dari Malaysia, Brunei Darussalam, Hong Kong, Australia, hingga Eropa. Dan baru pada 2007, Lundin mendapat pesanan kapal patroli cepat Combat Catamaran X38, sebanyak 68 unit, dari TNI Angkatan Laut. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Untung Suropati mengatakan TNI Angkatan Laut cukup puas terhadap produk Lundin.

Agus Supriyanto, Ika Ningtyas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus