Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kelaparan Dan Pemilu

97 orang di boyolali menderita ho dan kho. bantuan datang dari presiden, mb pmi, pemda boyolali, dll. pemberian bantuan tersebut sempat dipakai kampanye golkar.

1 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI penduduk Jawa Tengah, terutama Yogya. Sala dan Semarang, Boyolali kesohor karena susu segarnya. Sore hari di sepanjang jalan kota-kota tadi warung susu berjejer sambil memampangkan propaganda di tendanya: susu segar Boyolali, sumber enerji, vitamin dan gizi. Hingga tatkala suatu waktu pejabatpejabat di kabupaten - yang terdiri 19 kecamatan, 1.049 Km2 luasnya itu berkumpul, mereka sulit percaya ada salah seorang pamong melapor kepada atasannya: di beberapa desa saya ada HO (busung lapar). Berita itu sempat menerobos pintu musyawarah pejabat-pejabat itu. Hingga bagaimana pun usaha sang atasan tadi melokalisirnya, toh berita itu sempat meramaikan koran di Jakarta. Markas Besar PMI cepat tergugah. Juga warga Boyolali yang di Yogya, Bandung dan Jakarta berupaya menolong sambil merasakan keprihatinan warga kampung halamannya. Dan tentu saja Bupati Boyolali Letkol Soehardjo jadi repot. Tapi masih sempat pula Bupati ini mendamprat wartawan yang membobolkan kabar itu keluar. Apalagi kejadian itu di saat-saat hari suci Idul Fithri hingga sang Bupati tak sempat menikmati hari liburnya. Ternyata tak kurang dari 97 orang diketahui menderita HO atau KHO (kemungkinan HO). Dari angka ini terbesar jumlahnya di Kecamatan Wonosegoro yaitu 33 HO atau KHO. Sebuah laporan PMI Cabang Boyolali kepada MB PMI di Jakarta bertanggal 4 September menyebutkan pula 900 orang menderita kelaparan. Dalam 3 bulan berikutnya jumlah ini diperkirakan akan meningkat 1000 orang. Puruuun . . . Syukurlah langkah cepat datang menolong. Presiden dikabarkan mengirim beras 2S0 ton. MB PMI mendrop puluhan koli susu, balamul (semacam susu India yang mesti diseduh kental-kental), obat-obatan, pakaian bekas dan Rp 750.000 uang tunai. Warga Boyolali yang mukim di Jakarta mengulurkan tangannya Rp ' juta. Kanwil Sosial Jateng 15 ton beras. Pengusaha Sala yang tergabung dalam PUPSI mengerahkan truk bermuatan 12 ton gaplek. Tak ketinggalan Bulog dengan 70 mahasiswa IPB menggerebek rakyat dengan kegiatan penyehatan gizi sejak awal Desember lalu memberi makan 1.500 jiwa di 3 kecamatan. Bagaimana Pemda sendiri? Jangan khawatir. Uang Rp 9 juta disiapkan, untuk mencegah terulangnya kejadian itu. Yakni dengan membeli shorgum, ketela mukibat, kentang lici dan 186 kelinci. Semuanya untuk desa Wonosegoro. Juga Golkar kabarnya tak tinggal diam. Bahkan bantuan pemerintah yang datang sering dibisikkan sebagai bantuan Golkar. Hingga di suatu kesempatan memberi kata sambutan pada upacara operasi peningkatan Kesehatan dan Gizi oleh PMI seorang Camat berpidato: "... dengan adanya bantuan ini, terbukti pemerintah amat memperhatikan kita semua. Selalu memikirkan nasib kalian. Mangkanya dalam Pemilu tahun depan kalian harus bersedia ganti membantu. Mau?" "Puruuun.... (Mau)", terdengar jawaban riuh meski dengan suara lirih. "Berwujud apa?" "Nyoblos Golkar!". Begitulah kalau pejabat berkampanye di tengah penduduk lapar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus