Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kembali ke hati nurani

Angket monitor menimbulkan aksi protes. arswendo dituduh menghujat nabi muhammad saw. ia ditahan. monitor akhirnya dibreidel. wawancara dengan zainuddin mz. profil arswendo. dipecat dari berbagai jabatan.

3 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENDADAK sontak, Arswendo bagai orang yang diketahui mengidap AIDS. Ia dianggap paria. Banyak yang buru-buru menjauhinya. Yang pernah menyentuhnya pun segera membasuh tangannya. Malah ada yang menengok jauh ke belakang, melacak kembali kontak yang pernah terjalin dengan dia. Tidak cuma itu saja. Banyak orang yang kini menganggapnya musuh masyarakat nomor satu. Teriakan muncul di sana-sini. Ada yang memekik dengan lantang: "Hukum mati Arswendo!" Apa sebenarnya yang telah dilakukan Arswendo? Dakwaan resmi terhadapnya belum diungkapkan, tapi ia dituding telah mengganggu stabilitas dan menimbulkan keresahan masyarakat. Ia bisa didakwa telah melakukan penghinaan terhadap golongan agama tertentu, atau menimbulkan keonaran, dan untuk itu ia bisa diancam dengan hukuman sampai sepuluh tahun. Memang, angket Monitor telah menimbulkan keresahan. Bahwa banyak yang marah dan menuduh Arswendo telah menghujat Nabi Muhammad saw. -- karena menyejajarkan dengan manusia-manusia biasa -- hal itu juga terjadi. Kini ia akan diadili, sesuai dengan hukum yang berlaku. Yang memprihatinkan, insiden ini tampaknya telah memicu sesuatu yang lebih besar. Di balik gemuruh tuntutan untuk menghukum Arswendo, terdengar suara-suara yang menuduh bahwa Arswendo, "secara sadar dan sengaja", telah melakukan penghujatan itu. Bahwa ini suatu bagian dari suatu plot, rencana besar, dari suatu kelompok. Kita boleh saja menganggap tuduhan itu mengada-ada. Yang menjadi soal, mengapa tuduhan seperti itu sampai muncul. Suara-suara itu tampaknya bermula dari gumaman rendah, yang mungkin tidak dianggap terlalu serius, lalu diabaikan. Sudah lama, misalnya, muncul kecaman-kecaman sporadis terhadap makin mencuatnya pornografi -- mungkin memang sulit dielakkan karena makin terbukanya arus informasi. Atau kekhawatiran terhadap merosotnya moral, sesuatu yang sudah sering dilontarkan dari waktu ke waktu. Dan yang lebih serius, keluhan akan adanya, konon, pemaksaan dari suatu golongan agama tertentu terhadap yang lain. Gumaman itu kini, lewat kasus Monitor, seakan memperoleh lubang keluar. Maka, sepertinya, "daftar dosa" Arswendo pun semakin panjang. Misalnya saja, sekarang ada teriakan bahwa Monitor (atau Arswendo) "dengan sengaja" ingin merusak moral bangsa. Jika tuduhan seperti itu telah dilontarkan, tidak sulit untuk menggelincirkannya ke arah tuduhan yang lebih serius, seperti kesengajaan untuk menghujat Nabi tadi. Lalu, seakan telah ditemukan suatu justifikasi, pembenaran, bahwa karenanya hukuman seberat apa pun "layak" buat Arswendo. Benarkah yang terjadi sampai sejauh itu? Apa pun, banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kasus Monitor ini. Di antaranya, kita memang perlu lebih menajamkan kepekaan kita pada hal-hal yang bersifat SARA. Kita juga tidak perlu malu untuk mengakui bahwa persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa, juga kerukunan antaragama, ternyata masih gampang goyang. Tiap bangsa, tiap masyarakat, selalu punya hati nurani yang tidak hanya berlandaskan pada nilai-nilai kebaikan dan kejujuran, tapi juga pada kepentingan dan keselamatan jangka panjang bersama. Nurani itu, jika diperlukan, bisa berfungsi sebagai rem, yang bisa mendinginkan emosi, bila gejolak amarah menguasai diri. Hingga kita bisa beristigfar, dan tak lepas kendali. Lalu kembali ke kesadaran, bahwa kita semua adalah anggota sebuah keluarga besar. Rasanya, rem itu sekarang perlu kita pasang segera. Susanto Pudjomartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus