Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kenakalan yang menelan jiwa

Perkelahian antara kelompok oknum polisi dan tni al di kawasan jl. veteran menelan dua orang tewas dan enam orang luka-luka. diawali dari sebuah peng gerebekan judi yang dibekingi seorang oknum.

1 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKAWANAN lelaki kekar berpakaian preman itu sepeti melakonkan adegan film silat. Mereka saling melancarkan pukulan, Sabtu malam pekan lalu. Huru-hara dekat pompa bensin di kawasan Jalan Veteran itu, sekitar pukul 19.00, cuma berbatasan pagar dengan Markas Polisi Wilayah Kota Besar (Mapolwiltabes) Surabaya. Sertu. Pol. Bambang Sugiyono, yang sedang mengisi bensin untuk motornya di pompa tersebut, mencoba melerai. Tapi anggota Sabhara Mapolwiltabes ini malah dikeroyok. Sebuah hantaman benda keras di bagian belakang kepalanya membuat ia terhuyung. Petugas pompa bensin melihat Bambang tergolek berlumur darah. Luka di dadanya parah dan tembus hingga ke punggung. "Dalam keadaan pingsan dadanya ditusuk dengan sangkur oleh seorang pengeroyok," kata Pangdam Mayor Jenderal R. Hartono dalam keterangan kepada wartawan di Makodam V Brawijaya, Senin pekan ini. Hartono menduga, "saling pukul" sesama mereka itu hanya "sandiwara" untuk memancing Bambang agar mendekati mereka. Rupanya, bukan cuma Bambang, seorang temannya yang piket di Mapolwiltabes yang hendak menolong juga dihujani pukulan. Tapi sepasukan polisi yang sedang bersiap untuk patroli membantunya. Masyarakat di sekitarnya juga ikut mendekat. Entah melihat yang datang terlalu banyak, kemudian kawanan berpakaian preman itu berhamburan kabur. Dua orang bisa diringkus, yang kemudian dikenal Kelasi I Agus Syamsuddin serta Kelasi I Sukarno -- dan yang terakhir ini malah dikeroyok massa. Serbuan mereka kemudian "mampir" ke Kesatuan Pengamanan (KP) III Palmboom, Jalan Perak. Sempat leher Koptu. Pol. Budi Santoso dilukai sewaktu bersembunyi di rumah penduduk. Ia ditolong oleh Koptu. Hariyanto dari Kodim 0830, dan membawanya lari. Penduduk hanya menonton, karena penyerangnya diperkirakan 40 orang. Setelah beraksi di KP III, pukul 21.00 WIB, mereka mendatangi Polsek Semampir. Langsung mereka mendobrak pintu kantor Polsek, dan kaca jendelanya dilempari dengan batu. Mereka berhasil melukai Kapolsek Lettu. Pol. Salam. Tidak jauh dari situ, Koptu. I Made Suadana dari Polsek Pabean Cantikan, yang bertandang ke Polsek Selampir, dihadang. Ia dipukuli dan motornya dibuang ke sungai. Untuk menghentikan serangan, seorang anggota Polsek melepaskan tembakan peringatan ke atas. Tapi peluru pistol itu menyerempet kepala Kelasi I Akbar Winasis. Panik. Penduduk Semampir serabutan, dan baru berani mendekat setelah penyerbunya lenyap. Akibat kerusuhan itu, dua meninggal, yakni Bambang Sugiyono dan Sukarno. Bambang mengembuskan napas penghabisan di perjalanan menuju RSUD dr. Soetomo, Surabaya. Esoknya, Sukarno tewas di rumah sakit yang sama. Sedangkan yang luka enam orang -- empat polisi dan dua dari TNI-AL. Menurut Mayor Jenderal R. Hartono, kerusuhan tersebut hanya "kenakalan" yang berkaitan dengan penggerebekan judi oleh polisi di Kampung Kedondong Kidul, Surabaya, tiga hari sebelum peristiwa itu. Judi dalam sebuah bazar ini diduga dibekingi seorang oknum. Kabarnya, dialah yang "mengipasi" rombongan berpakaian preman tadi untuk menyerang polisi. Tentu, dia menutupi perjudian itu. "Kalau dikatakan digerebek karena perjudian, teman-temannya yang sedang pesiar di Surabaya pasti tak mau membelanya. Kasus ini akan diusut sampai tuntas," kata Mayor Jenderal Hartono. Diduga, pelaku tindakan kriminal ini tujuh orang. Kini mereka diperiksa Pomdam, satuan pembantu dari Armatim, dan Garnisun Tetap III. "Sedangkan Pangab Jenderal Try Sutrisno telah menginstruksikan agar kita mengusut tuntas perjudian tersebut," ujar Pangdam R. Hartono. Priyono B. Sumbogo dan Jalil Hakim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus