KORAN International Herald Tribune (IHT) dan Australian Finance Review (AFR), sejak 17 November lalu, sementara tidak lagi beredar di Indonesia. "Distributornya sendiri yang menghentikannya," kata Soebrata, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika Departemen Penerangan RI. Distributornya, NV Indoprom Co. Ltd., Jakarta, pimpinan Irsan Tagor Lubis, mengembalikan hak keagenan atas IHT kepada direktur sirkulasi internasional IHT di Singapura, pekan lalu. Seperti diketahui, IHT pada 12 November lampau memuat artikel Steven Erlanger yang dinilai oleh pemerintah menghina Presiden RI. Deppen kemudian menegur pimpinan Indoprom, karena tulisan yang mendiskreditkan Kepala Negara tidak di-black-out, sebelum koran tadi diedarkan. Ada ketentuan bahwa kalau ada berita sejenis itu, ia harus cepat melapor ke Deppen. Sedangkan AFR dihentikan peredarannya karena juga memuat tulisan senada seperti di IHT. Dalam suratnya ke IHT Singapura -- salinannya dikirim ke Deppen -- disebutkan "Indoprom menghadapi kesulitan teknis menjual IHT di Indonesia". Selama ini, Indoprom sukses sebagai penyalur media massa asing di Indonesia. Ia mengageni 86 majalah dan 30 koran luar negeri. Kabarnya, di sini setiap hari IHT terjual 3.800 eksemplar. Bahkan menurut Chaterine Goh, direktur sirkulasi internasional IHT di Singapura, di Indonesia harian tersebut nomor empat terlaris di Asia Tenggara -- setelah Hong Kong (7.000 eksemplar), Jepang dan Singapura (4.500 eksemplar). Chaterine melihat Indonesia, khususnya Jakarta, sebagai pasar yang potensial untuk IHT. Ia kini merencanakan mencari pengganti Indoprom. Dalam pada itu, Rolf Kranepuhl, Direktur Pelaksana IHT untuk Wilayah Asia Pasifik yang berkedudukan di Hong Kong, menurut Berita Buana, datang ke Jakarta minta penjelasan resmi dari Deppen. Ia juga mencari direktur Indoprom. Namun, seperti dialami wartawan Jakarta, Kranepuhl pun gagal menjumpai Irsan Tagor Lubis. Sementara itu, satu lagi majalah yang diedarkan Indoprom, yakni The Economist, khusus edisi 17-23 November lalu, tidak pula diedarkan, karena memuat artikel tentang Indonesia. Tapi nomor berikutnya, majalah terbitan Inggris itu sudah kelihatan lagi di toko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini