Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ketua Komisi X DPR Harapkan Mendiktisaintek Yang Baru Percepat Reformasi Dikti

Komisi X DPR juga berharap agar di bawah kepemimpinan menteri yang baru terjadi peningkatan kesejahteraan bagi tenaga pendidik.

19 Februari 2025 | 19.06 WIB

Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Hetifah Sjaifudian di Kantor Kemendikdasmen, 7 Januari 2025. TEMPO/Rizki Yusrial.
Perbesar
Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Hetifah Sjaifudian di Kantor Kemendikdasmen, 7 Januari 2025. TEMPO/Rizki Yusrial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta -- Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Hetifah Sjaifudian meminta Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto dapat mengakselerasi reformasi pendidikan tinggi secara inklusif. Dia juga berharap agar di bawah kepemimpinan guru besar di Institut Teknologi Bandung itu terjadi peningkatan kesejahteraan bagi tenaga pendidik. "Serta memperkuat sinergi antara pemerintah, akademisi, dan dunia industri," ujar Hetifah dalam keterangan tertulis pada Rabu, 19 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Presiden Prabowo Subianto melantik Brian Yuliarto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) menggantikan Satryo Seomantri Brodjonegoro pada Rabu, 19 Februari 2025. Pelantikan itu dihadiri sejumlah menteri Kabinet Merah Putih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hetifah mengatakan, Komisi X DPR sebagai mitra kerja pemerintah di bidang pendidikan bakal terus mendukung kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan tinggi, sains, dan teknologi. Saat ini tantangan dalam dunia pendidikan tinggi, sains dan teknologi semakin kompleks. "Diperlukan kebijakan yang progresif dan berorientasi pada masa depan," ujarnya.

Legislator dari Partai Golkar ini juga berharap agar Mendiktisaintek yang baru ini mampu mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat. Dia mengatakan, aspirasi masyarakat itu bisa digunakan untuk merumuskan kebijakan di bidang dikti saintek yang lebih maju dan berdaya saing global. "Kami siap bekerja sama dan memberikan dukungan demi terwujudnya sistem pendidikan yang lebih baik bagi generasi mendatang," ucap Hetifah.

Adapun Satryo Seomantri Brodjonegoro mengatakan, dirinya mengundurkan diri sebelum di-reshuffle oleh Prabowo Subianto. Surat pengunduran diri itu, kata dia, sudah diserahkan kepada Kementerian Sekretariat Negara pada Rabu siang, 19 Februari 2025.  “Jadi saya barusan ke Sesneg menyerahkan surat pengunduran diri saya sebagai Mendiktisaintek,” katanya saat ditemui di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta

Satryo mengatakan sudah bekerja keras sebaik mungkin selama empat bulan dalam kabinet pemerintahan Presiden Prabowo. Namun, menurut dia, kerja kerasnya kerap tidak sejalan dengan harapan dari pemerintah. “Saya lebih baik mundur daripada diberhentikan,” ujarnya.

Dalam kesempatan terpisah,  Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Muzani juga berharap Menteri Brian Yuliarto segera beradaptasi di pekerjaan barunya. Setelah lebih dari 100 hari pertama kabinet Presiden Prabowo Subianto menjabat, Muzani mengatakan sudah tidak ada lagi waktu untuk penyesuaian. 
 
Muzani menaruh harapan pada Brian untuk segera menggodok kebijakan serta mengambil tindakan yang diperlukan di bidang pendidikan tinggi. “Sehingga penyelenggaran pendidikan tinggi kita bisa lebih baik lagi,” ujar dia. 

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra itu juga mengatakan, langkah Prabowo merombak posisi Mendiktisaintek sepenuhnya merupakan wewenang presiden. Ia menjelaskan, para menteri di kabinet diangkat untuk membantu presiden dalam pekerjaannya. Selama menjalankan tugas di kabinet, presiden berwenang mengevaluasi kinerja para pembantunya. 

Sebelum ditarik ke pemerintahan, Brian merupakan akademimus. Merujuk situs resmi itb.ac.id, Brian bekerja sebagai dosen tetap dengan status Guru Besar di Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia berada pada Kelompok Keahlian Teknologi Nano dan Kuantum. 

Brian menamatkan pendidikan sarjananya di ITB pada 1999, kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Tokyo, Jepang dan tamat pada 2002. Ia juga menamatkan pendidikan doktoral di Universitas yang sama tiga tahun setelahnya. Brian memulai kariernya di ITB pada 2006, selain berprofesi sebagai dosen, ia juga merupakan peneliti bidang Teknik Fisika.
 
 
Rizki Yusrial, Nabiila Azzahra, Eka Yudha Saputra dan Andi Adam Faturahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus