Gaffar Rahman dibebastugaskan sebagai Sekjen PBNU. Gus Dur hanya diberi peringatan. Wakil Rais Am Ali Yafie tetap mundur? HEBOH di tubuh NU akhirnya diselesaikan dengan sejumlah keputusan yang tampaknya tak meleset dari dugaan banyak orang sebelumnya. Membebastugaskan untuk sementara Gaffar Rahman dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PBNU. Serentara itu, Abdurrahman Wahid, yang sama-sama menandatangani surat rekomendasi untuk meminta dana ke Yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS), yang diajukan oleh Yayasan Hasyimiyah, hanya diberi peringatan. Rapat selama lima jam di markas Pengurus Besar NU (PBNU) Jakarta itu, Kamis malam pekan lalu, yang dihadiri sekitar dua puluh pimpinan NU dari Majelis Syuriah dan Tanfidziyah, juga merasa tidak berkompeten menerima pengunduran diri Kiai Ali Yafie. Wakil Rais Am itu "ngambek" karena dua pengurus teras NU itu merekomendasikan permintaan dana ke YDBKS. Kecuali tentang Gaffar, semua keputusan lainnya dilakukan dengan lancar. Semula, proses pengambilan keputusan terhadap Gaffar pun diduga akan berjalan mulus. Sebab, menurut peserta rapat, Gaffar sudah bersedia mengundurkan diri. Misalnya, ketika terjadi pertemuan sejumlah pimpinan NU di rumah Ny. Wahid Hasyim (ibu Gus Dur), awal November silam. Tapi, Gaffar tiba-tiba mengejutkan forum. "Saya tidak pernah menyatakan mundur. Mundur adalah pantangan bagi saya," kata Gaffar seperti ditirukan K.H. Yusuf Hasyim. Ia juga mengaku memperoleh "rekomendasi" dari Mbah Muslim untuk tetap bertahan di kepengurusan NU. Ruang rapat yang ber-AC itu menjadi hangat. Perdebatan sengit terjadi. Pimpinan rapat Rais Syuriah, Yusuf Hasyim, terpaksa menyuruh Gaffar keluar dari ruang sidang. Sementara itu, peserta rapat ada yang mengusulkan agar ia dipecat. "Pokoknya, dia harus dilepas dari sekjen. Kalau tidak, saya tidak mau meneken semua surat PBNU," kata Yusuf, jengkel. Apalagi mendengar nama Mbah Muslim dibawa-bawa. "Wah, kalau membawa-bawa paranormal, ya, repot," katanya. Mbah Muslim, nama lengkapnya Muhammad Muslim Rivai, 65 tahun, adalah tokoh spiritual yang tersohor, tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Dialah yang dikabarkan menjadi penasihat Gaffar. Suatu hari, menurut Mbah Muslim, Gaffar datang padanya dengan muka sedih tanpa semangat. "Saya bilang, jangan sedih. Kamu jangan keluar dari NU. Kamu orang kuat," tutur si Mbah pada TEMPO. Beberapa hari kemudian, Gaffar datang lagi dengan wajah cerah bersemangat. Mbah Muslim memberi petuah lagi. "Kamu jangan melayani serangan Ali Yafie. Juga jangan menjawab wartawan. Haram." Gaffar Rahman memang tidak menjawab pertanyaan wartawan. Tapi ia pasti menjelaskan persoalannya kepada peserta rapat gabungan itu. Dan keputusan rapat minggu lalu itu akan dipertanggungjawabkan di sidang Pleno PBNU, 21 Desember mendatang. Adapun Wakil Rais Am Kiai Ali Yafie, yang tidak hadir di rapat itu, tampaknya belum puas. Ia menganggap vonis "bebas tugas sementara" terhadap Gaffar terlalu ringan karena lehih rendah ketimbang skorsing. "Saya maunya dipecat saja. Mengapa pula pimpinan yayasan Hasyimiyah di Tuban, yang jelas-jelas terlibat itu, tidak ditindak?" katanya. Pemecatan itulah yang diajukan Ali Yafie kalau memang NU tidak menginginkannya mundur sebagai Wakil Rais Am. Semula, Yafie juga menghendaki Gus Dur dipecat. Belakangan, ketika Gus Dur hanya diberi peringatan, ia mengendur. "Saya tahu, Ketua Umum tidak bisa dipecat begitu saja. Masalahnya kompleks. Lagi pula, tingkat kesalahannya berbeda dengan Sekjen." Priyono B. Sumbogo, Wahyu Muryadi, dan Kastoyo Ramelan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini