Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

KPAI Ungkap Penyebab Turunnya Kualitas Pendidikan di Masa Pandemi

KPAI merilis sejumlah catatan terkait penyelenggaran pendidikan dan berbagai kebijakan di masa pandemi Covid-19.

1 Mei 2021 | 12.19 WIB

Komisioner KPAI, Retno Listyarti, dalam diskusi PR Pendidikan di Hari Anak di Jakarta, 20 Juli 2019. Tempo/Friski Riana
Perbesar
Komisioner KPAI, Retno Listyarti, dalam diskusi PR Pendidikan di Hari Anak di Jakarta, 20 Juli 2019. Tempo/Friski Riana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Jelang Hari Pendidikan yang jatuh pada 2 Mei, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis sejumlah catatan perihal penyelenggaran pendidikan dan berbagai kebijakan di masa pandemi Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Komisioner KPAI, Retno Listyarti, mengatakan, catatan ini dikeluarkan lantaran naiknya angka putus sekolah pada 2020. "Pandemi diduga telah berdampak signifikan terhadap menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia," ucap dia melalui siaran pers pada Sabtu, 1 Mei 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Retno menilai, kebijakan belajar dari rumah atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terus menuai masalah. Sedangkan, pemerintah tak juga mendapat solusi yang efektif.

Salah satu penyebabnya adalah lantaran PJJ terlalu bertumpu pada internet. "Akibatnya sejumlah kendala pembelajaran daring terjadi karena keragaman kondisi keluarga peserta didik, keragaman kondisi daerah seluruh Indonesia, dan kesenjangan digital yang begitu lebar antar daerah di Indonesia," ujar Retno.

Selain itu, menurut Retno, tidak pernah ada pemetaan kesenjangan kemampuan digital dan kemampuan ekonomi antara anak-anak di pedesaan dengan di perkotaan. Padahal PJJ sangat dipengaruhi oleh faktor peranan orangtua peserta didik.

Lalu juga tak ada pemetaan variasi PJJ yang dibangun bersama antara guru, siswa, dan orang tua. Atas tidak adanya pemetaan ini, kebijakan PJJ terkesan menyamakan masalah, sehingga hanya satu solusi, yakni bantuan kuota internet.

Solusi ini dianggap Retno sia-sia lantaran pada praktiknya banyak yang mubazir dan tetap tidak mampu mengatasi masalah pembelajaran anak-anak dari keluarga miskin yang tidak memiliki alat daring, atau masalah anak-anak di pelosok yang berada pada wilayah blank spot.

Lebih lanjut, Retno menyadari di tengah kebingungan semua stakeholder pendidikan di Indonesia dalam mengatasi masalah PJJ, berdampak pada turunnya kualitas pendidikan di faktor lain. Seperti meningkatnya anak putus sekolah.

"Kemudian, jurus pemungkasnya adalah menggelar ujicoba PTM secara terbatas pada April 2021, dan pada Juli 2021 akan menggelar PTM secara serentak di tengah pandemi dengan positivity rate yang masih belum aman bagi anak-anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)," kata Retno.

Namun, berdasarkan uji coba pada April 2021, menunjukkan data bahwa sekolah yang siap gelar pembelajaran tatap muka hanya 16,7 persen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus