Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

KSP Klaim Kondisi Sosial Ekonomi di Papua dan Papua Barat Membaik

Kantor Staf Presiden (KSP) menyebut kondisi sosial ekonomi di Papua dan Papua Barat membaik pada periode 2015-2019.

1 Desember 2020 | 14.43 WIB

Puluhan massa Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP), Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Indonesia (AMPTPI) melakukan aksi demo di sekitar Patung Kuda, Jakarta, Rabu 1 Desember 2020. Aksi tersebut guna memperingati 1 Desember 1961. 1 Desember adalah hari di mana bendera bintang fajar dikibarkan bersamaan dengan bendera Belanda, di Hollandia (Jayapura). Peristiwa ini terjadi pada 1961. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Puluhan massa Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP), Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Indonesia (AMPTPI) melakukan aksi demo di sekitar Patung Kuda, Jakarta, Rabu 1 Desember 2020. Aksi tersebut guna memperingati 1 Desember 1961. 1 Desember adalah hari di mana bendera bintang fajar dikibarkan bersamaan dengan bendera Belanda, di Hollandia (Jayapura). Peristiwa ini terjadi pada 1961. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Staf Presiden (KSP) menyebut kondisi sosial ekonomi di Papua dan Papua Barat membaik pada periode 2015-2019. Sepanjang periode itu, KSP menyebut, angka kemiskinan di Papua turun dari 28,40 persen menjadi 27,53 persen. Sementara itu, Papua Barat turun dari 25,72 persen menjadi 22,17 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

KSP juga menyebut Indeks Pembangunan Manusia Papua naik dari 57,25 ke 60,84, sedangkan Papua Barat dari 61,73 ke 64,7. "Bukti transformasi ekonomi berjalan baik di Papua," ujar Tenaga Ahli Utama Kedeputian III KSP, Edy Priyono, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 1 Desember 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Edy menyebut studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan The Asia Foundation pada tahun 2018 menunjukkan pembangunan jaringan jalan telah memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Peningkatan kehidupan ekonomi, terjadi karena mereka bisa menjual barang dagangan ke luar daerah dalam jumlah lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

Perbaikan konektifitas juga memperbaiki kehidupan sosial, karena masyarakat bisa lebih sering saling mengunjungi. "Pembangunan jalan mendorong penurunan biaya dan waktu tempuh," ujar Edy.

Sementara, indikator lainnya ialah Koefisien Gini Papua yang naik sedikit dari 0,392 pada 2015, menjadi 0,394 pada 2019. Sedangkan di Papua Barat membaik, yaitu dari 0,428 pada 2015 menjadi 0,386 pada 2019.

Selain itu, Edy juga menyebut tingkat pengangguran terbuka dua provinsi tersebut mengalami penurunan selama periode 2015-2019, yaitu dari 3,99 persen menjadi 3,65 persen untuk Papua dan dari 8,08 persen menjadi 6,24 persen untuk Papua Barat.

Meski begitu, Edy mengakui pertumbuhan ekonomi Papua pada 2019 memang negatif. Hal ini, kata dia, disebabkan oleh penurunan tajam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertambangan akibat transisi sistem produksi PT Freeport dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah.

Jika sektor pertambangan dikeluarkan, ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Papua 2019 terhitung cukup bagus, yaitu 5,03 persen (dengan pertumbuhan ekonomi nasional 5,02 persen). "Artinya kita bisa mengatakan bahwa secara umum distribusi pendapatan di wilayah Papua dan Papua Barat membaik," kata Edy.

Egi Adyatama

Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Alumni Universitas Jenderal Soedirman ini sejak awal meliput isu politik, hukum, dan keamanan termasuk bertugas di Istana Kepresidenan selama tiga tahun. Kini menulis untuk desk politik dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus