Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Disable Enterprise, Angki Yudistia menyebutkan, 60 persen pekerja dengan disabilitas membutuhkan akses untuk beribadah di tempat kerja. Sebanyak 60 persen pekerja dengan disabilitas tersebut bekerja di bidang vokasional yang tidak bekerja di satu tempat tertentu.
Baca: Insan Tuli Menikah, Bagaimana Ijab Kabul dan Pengurusan di KUA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mereka kebanyakan bekerja dari rumah ke rumah, memberikan layanan jasa yang tidak hanya di satu tempat, atau berjualan, sehingga sangat kesulitan ketika harus mengakses tempat beribadah,” kata Angki saat diwawancara dalam acara Simulasi Adzan di masjid El Shifa, Senin 27 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sama halnya dengan kebutuhan di tempat peribadahan pada umumnya, akses bagi pekerja dengan disabilitas untuk beribadah di tempat kerja juga harus disediakan. Seperti misalnya, kursi roda khusus untuk di dalam masjid, yang harus ada di setiap masjid atau musala perkantoran. Begitu pula dengan kajian keagamaan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing masing penyandang disabilitas.
“Selama ini, teman-teman pekerja disabilitas kurang dapat beribadah secara maksimal, problemnya banyak dari mereka yang tidak dapat mengakses tempat beribadah terutama ketika melakukan ibadah di sela-sela kegiatan kerja,” kata Angki.
Data Kementerian Agama menyebutkan, ada lebih dari 700 ribu masjid di Indonesia. Namun, masih jarang masjid yang memiliki rancangan bangunan ramah untuk jamaah dengan disabilitas. Meski begitu, menurut Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Muhammadiyah Amin tidak menutup kemungkinan, ada program perbaikan bagi masjid ke depannya.
Baca: Pasukan Elite Gojek dari Kalangan Tuli: Elite Squad Fighter
“Terdapat program bantuan masjid, ada sekitar 1.500 masjid yang menjadi sasaran bantuan, jika 500 saja (yang menerapkan aksesibilitas bagi jamaah disabilitas) kami rasa bisa lebih membuka akses beribadah bagi saudara-saudara kita yang difabel,” ujar Muhammadiyah Amin, dalam acara diskusi kelompok terfokus di kantor Pengurus Besar Nahdlatul ulama, Kamis 24 Mei 2019.