Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Labschool versi swasta

Yayasan IKIP Jakarta melanjutkan metode labschool dengan mendirikan SMP dan SMA Swasta. sekolah negeri, eks labschool pemerintah, dipindahkan dari gedungmilik negara itu.

15 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEDUNG boleh sama, tapi status sekolahnya bisa berubah. Dari negeri menjadi swasta. Lihat saja iklan yang disebarkan Yayasan Pembina IKIP Jakarta. Ya~yasan itu, mulai tahun ajaran ini, menerima murid untuk SMP dan SMA swas~ta dengan program Sekolah Laboratorium Kependidikan (SLK). "Kedua sekolah itu pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari SLK IKIP Jakarta," begitu pengumuman yang diteken Prof Dr Conny R. Semiawan, ketua yayasan yang juga Rektor IKIP Jakarta itu. Tempatnya memang di kompleks IKIP Jakarta yang sebe~lumnya dipakai SMP 236 dan SMA 81. Sekolah swasta ini melanjutkan metode khas SLK atau labschool yangmemungkinkan seorang siswa menyingkat masa belajarnya. Metode yang disebut "program maju berkelanjut~an" itu tentu menguntungkan, terutama bagi murid yang berotak encer. Ini dimungkinkan dengan pengajaran lewat sistem modul alias paket yang diberikan di kelas dan sejumlah penugasan. Tiap mata pelajaran diberi bobot kredit dalam satuan kredit semester (SKS). Siswa yang ingin ikut program labschool disyaratkan punya indeks prestasi atau nilai rata-rata sedikitnya 7,5. Seorang siswa dari semester dua, misalnya, seperti halnya di perguruan tinggi, dapat mengambil kredit untukpelajaran semester keempat atau kelima model SMA biasa. Namun, bila di perjalanan nilainya kurang dari nilai minimal itu, si siswa harus masuk program reguler atau SMA tiga tahun. Untuk SMA biasa, seorang murid harus memiliki 222 kredit semester yang ditempuh selama tiga tahun. Sementara itu, dalam "program maju berkelanjutan" gaya labschool, jumlah kredit yang sama dapat dilunasi dalamempat semester. Misalnya, semester pertama 65 kredit, semester kedua 71 kredit, semester ketiga 52 kredit, dan semester keempat 34 kredit. Untuk meraih target kredit itu, seorang siswa bisa meng~ikuti pelajaran yang ditawarkan sore hari. Cukup banyak siswa yang bisa menempuh "program maju berkelanjutan" itu. Menurut seorang guru di sana, dari lima kelas, rata-rataada 20 murid yang menyelesaikan SMA selama dua tahun. Setelah Menteri Fuad Hassan menghapus proyek perintis sekolah pembangunan pada 1986, metode labschool ditinggalkan. Karena SMP dan SMA mantan labschoolitu menjadi negeri dan diwajibkan memakai kurikulum sekolah biasa, keduanya harus pindah dari kompleks IKIP Jakarta. "Sejak menjadi negeri empat tahunlalu, sudah direncanakan untuk memindahkan SMP 236 dan SMA 81 itu dari kompleks IKIP," ujar Kepala SMAN 81, Arief Rachman. Sementara itu, Yayasan IKIP ingin melanjutkan ide program labschool untuk SMP dan SMA itu lewat sekolah swasta yang didirikan. "Ini untuk memenuhipermintaan masyarakat di sekitar kompeks IKIP sini. Banyak yang menyayangkan jika program itu dihapus," kata Conny. SMPN 236 kemudian dipindah ke gedung baru, di bilangan Cakung, Jakarta Timur. Sedangkan SMAN 81 minggir ke Cipinang Melayu, juga di Jakarta Timur, menempatisebuah gedung bertingkat tiga. Pengelolaan dua sekolah itu dikembalikan ke Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Boyongan dilakukan bertahap. Tahun ajaran ini, baru kelas 1 yang dipindahkan. Kelas 2 dan 3 belum pindah. Sebab, selain program labschool itu ter~nya~taditerapkan pula pada siswa kelas 2 dan 3, "Keba~nyak~an siswanya berasal dari daerah sekitar kompleks ini. Kalau dipindah, kasihan mereka," kata Arief. Begitu juga soal guru. Meski SMPN 236 dan SMAN 81 itu sekolah negeri, keba~nyak~an gurunya berasal dari Yayasan IKIP. Ketika dua sekolah negeri ituhengkang dari IKIP, sekitar 80% guru yang berstatus swasta memilih tetap tinggal. Kini, bekas ruang kelas 1 yang kosong ditempati oleh para murid baru SMP dan SMA swasta Yayasan IKIP. Setelah dua tahun, seluruh gedung di IKIP Rawamangun itu dipakai oleh Yayasan untuk siswa SMP dan SMA swasta yang memakai program labschool itu. SMP dan SMA Yayasan IKIP, seperti diakui Conny, hanya nebeng sementara di IKIP Jakarta, yang milik negara itu. "Karenanya, suatu saat kami harus membangun gedung seko~lah sendiri," tutur Conny. Sekolah yang menempati kompleks IKIP itu punya riwayat ganti-ganti wajah sejak didirikan 1968. Semula Pemerintah membuka sekolah uji coba, yang dikenalsebagai Sekolah Laboratorium Kependidikan (SLK) alias labschool. Kini, program labschool yang dicoba Pemerintah di masa lalu itu di~lanjutkan SMP dan SMAswasta milik Yayasan Pembina IKIP tadi. Meski sekolah itu baru dan berpangkat "terdaftar", ter~nya~ta laris pula. Sekitar 900-an calon siswa mendaftar masuk SMA. Setelah diseleksi dengansyarat nilai eb~tanas murni (NEM) sedikitnya 45, yang diterima cuma 200-an siswa. Sedangkan SMP didatangi sekitar 500 pendaftar untuk memperebutkan 180bangku yang tersedia. Kecuali uang sekolah Rp 15.000 untuk SMP dan Rp 25.000 untuk SMA per bulan, tiap siswa yang diterima juga diwajibkan membayar uangpangkal rata-rata Rp 600 ribu. Memang mahal, tapi rupanya masih banyak peminat untuk sekolah yang punya trademark labschool itu. Ardian Taufik Gesuri, Sri Wahyuni, dan Sri Indrayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus