HILANG di Ngawi, Yuwono Susetyo tiba-tiba ditemukan tergeletak di hutan pinus di pinggiran Purbalingga, Sabtu subuh, dua pekan lalu. Letak kedua kota itu terpaut cukup jauh, sekitar 300 kilometer. Yang satu berada di ujung barat Provinsi Jawa Timur, satunya lagi masuk wilayah Jawa Tengah. Ketika diselamatkan masyarakat, mata Yuwono terbungkus rapat-rapat. Di sekujur tubuhnya tampak bekas-bekas penganiayaan.
Ketua Pengurus Anak Cabang PDIP Ngawi itu telah lenyap selama 22 hari. Ia dibawa kabur dari rumahnya oleh orang tak dikenal bersamaan dengan meletiknya huru-hara di kota itu akhir November lalu. Kerusuhan ini terjadi setelah Laskar Jihad Forum Ahlus Sunnah wal Jamaah melakukan sweeping terhadap perjudian. Aksi ini lalu memancing amarah massa PDIP. Dan terbakarlah Ngawi.
Kontan, tudingan awal disemprotkan kepada Laskar Jihad. Merekalah yang dinilai mencari gara-gara. Apalagi, menurut keterangan para saksi, ibu dan anak korban, pelakunya beserban dan memakai jubah panjang, mirip pakaian anggota Laskar Jihad. Tapi, menghadapi sangkaan ini, Panglima Laskar Jihad Ja'far Umar Thalib cuma tertawa. "Semua orang kan bisa menirunya," katanya.
Lalu siapa penculiknya? Sejauh ini, Yuwono sendiri belum mau bersuara. Tapi Ja'far Umar menganggap penculikan itu permainan polisi. Peristiwa ini terjadi hanya beberapa jam setelah massa menyerbu markas Forum Umat Islam Ngawi. Saat itu, puluhan polisi memantau seluruh aktivitas Laskar Jihad dan markas tersebut. Sementara itu, rumah Yuwono hanya beberapa ratus meter dari tempat tersebut. Jadi, kata Ja'far, "Mustahil polisi tak mengetahui penculikan itu."
Dari penelusuran TEMPO, ketika Ngawi rusuh, sejumlah hotel di kota itu, misalnya Hotel Maksum, dipesan oleh aparat Kepolisian Daerah Jawa Timur. Dan menurut seorang pemilik hotel, sebagian aparat terlihat memakai pakaian mirip Laskar Jihad.
Tapi informasi itu dibantah oleh Kepala Direktorat Intel Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Suhartono. Ia mengakui, saat kerusuhan terjadi, Polda Jawa Timur memang mengirimkan sejumlah intel dan pasukannya. Tapi ia menegaskan, tidak ada anggotanya yang mengenakan pakaian ala Laskar Jihad dan kemudian melakukan penculikan.
Dari beberapa indikasi, pelakunya bekerja cukup rapi dan profesional. Para penculik bisa memindahkan Yuwono ke sejumlah tempat. Menurut Yuwono Giri, adik kandung Yuwono Susetyo, kakaknya sempat dipindah tiga kali. Di antaranya ia pernah dibawa ke Sleman, Yogyakarta. Pelaku juga punya kemampuan medis lumayan. Dokter Urip Murtedjo, anggota tim dokter Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, yang menangani Yuwono, mengatakan bahwa ada luka korban yang sudah ditangani penculik. "Jahitannya rapi. Paling tidak, ia paham teori kedokteran," paparnya.
Sebelum dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, Yuwono sempat diobati di Rumah Sakit Dokter Sutomo di kota yang sama. Pemindahan ini cukup mencurigakan, apalagi dilakukan secara diam-diam tanpa setahu keluarganya. Lalu kamar korban juga dijaga ekstraketat oleh polisi, seakan ada yang hendak disembunyikan.
Ada satu hal lagi yang membuat kecurigaan terhadap polisi tak segera lenyap. Kini Polda Jawa Timur justru mengarahkan penyelidikan ke keterlibatan Yuwono dalam insiden pe-rusakan markas Forum Umat Islam Ngawi. Aparat tak segera menyelidiki siapa sebetulnya yang menculik Yuwono.
Kali ini Kepala Dinas Penerangan Polda Jawa Timur, Ajun Komisaris Besar Sad Harunantyo, yang berupaya menjernihkan. Kata Sad, pemeriksaan barang bukti dan saksi memang mengarahkan Yuwono sebagai salah satu tersangka kerusuhan di Ngawi. Sementara itu, soal pemindahan tempat perawatan, katanya, korban sendiri yang memintanya karena masih merasa terancam.
Meski begitu, muncul temuan yang bisa merepotkan polisi. Ada kartu tanda penduduk (KTP) Yuwono yang tersimpan di saku celana pendek korban saat ia ditemukan di Purbalingga. Ini mengherankan keluarga korban. Sebab, menurut Yuwono Kartiko, adik korban, KTP itu telah diserahkan keluarganya kepada aparat Kepolisian Resor Ngawi beberapa hari setelah penculikan terjadi.
Diakui oleh Kepala Polres Ngawi, Ajun Komisaris Besar Yovianus Mahar, anak buahnya memang menerima penyerahan foto-foto korban. Tapi ihwal KTP, "Saya kok tidak tahu," katanya kepada Dwijo Maksum dari TEMPO.
Seperti kasus-kasus lain di negeri ini, apakah penculikan Yuwono bakal dibiarkan menjadi misteri?
Prasidono L., Dwi Wiyana, Kukuh S.W. (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini