Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, SURABAYA - Menyusul peristiwa meledaknya bom di Gereja Surabaya, Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLLI) mengimbau agar umat Kristen maupun Katolik tetap tenang. Tiga gereja yang menjadi sasaran bom antara lain Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski begitu, Ketua PGLII Pusat Pendeta Ronny Mandang menyatakan Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin meminta agar jemaat tidak melanjutkan ibadah di gereja. Sejatinya, setiap gereja menggelar kebaktian lebih dari satu kali di hari Minggu. “Sebenarnya biasanya ada kebaktian pukul 10.00 dan 17.00, tapi untuk pukul 17.00 dihimbau untuk tidak dilaksanakan,” ujar Ronny di kawasan GKI Diponegoro Surabaya, Minggu, 13 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akibatnya, para jemaat tidak dapat melaksanakan ibadah di gereja pada kebaktian sore hari. “Kami jaga toleransi satu sama lain, saling berkepala dan hati dingin.”
Sementara itu Kepala Pembinaan Masyarakat Kristen Kementerian Agama Wilayah Jawa Timur Yunus Doloe menyatakan, umat Kristen mematuhi instruksi tersebut. “Kami ikuti aturan yang berlaku. Kita tidak usah takut. Bisa berdoa di rumah masing-masing,” ujarnya.
Berdasarkan info yang dihimpun Tempo, ledakan terjadi di tiga gereja yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Ketiga bom di lokasi meledak dalam interval lima menit.
Salah satu Bom di Gereja terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya Nomor 1, Kelurahan Baratajaya, Kecamatan Gubeng, Surabaya, diduga dengan bom bunuh diri menggunakan sepeda motor. Total terdapat 11 orang meninggal dunia akibat ledakan di tiga gereja tersebut.
ARTIKA RACHMI FARMITA