Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Lengkey dan kelompok 22

Ketua dpd golkar sul-ut fpd lengkey digugat kepemimpinannya karena dianggap berambisi menjadi gubernur sul-ut, dengan memanfaatkan jabatannya untuk mencari dukungan. dpp golkar turun tangan.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KANTOR Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Sulawesi Utara di Jalan Martadinata, Manado, belakangan ini tampak lengang. Toh itu bukan berarti tak ada kegiatan apa- apa. Malah sebaliknya, suasana dalam tubuh organisasi itu justru sedang bergolak. Pasalnya, Ketua DPD Golkar Sul-Ut Brigjen. (Purn.) F.P.D. Lengkey digugat kepemimpinannya oleh 22 dari 33 fungsionaris yang ada di DPD Golkar Sul-Ut. Kelompok 22 itu -- termasuk Wakil Ketua DPD Prof. R. Tangkudung yang rektor Universitas Sam Ratulangi -- menyatakan mosi tak percaya kepada Lengkey lewat sepucuk surat yang dilayangkan ke berbagai pihak, termasuk kepada DPP Golkar, pertengahan Januari silam. Menurut mereka, Lengkey dianggap sering mengambil keputusan tanpa melalui musyawarah dengan pengurus lainnya. "Ya, sering over-lah," begitu kata sumber TEMPO. Munculnya konflik dalam tubuh DPD Golkar Sul-Ut itu, menurut sumber TEMPO, bermula dari upaya Lengkey yang hendak mencalonkan diri menjadi Gubernur Sul-Ut periode 1990-1995. Kedudukan sebagai Ketua DPD Golkar yang dijabatnya sejak September 1988, konon, dimanfaatkan untuk mencari dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari Pusat. Sementara itu, anggota DPD Golkar Sul-Ut lainnya ternyata lebih srek dengan Mayjen. (Purn.) C.J. Rantung. Artinya, jabatan Rantung sebagai Gubernur Sul-Ut diperpanjang untuk 5 tahun berikutnya. Dari sinilah, konon, benih perpecahan dalam DPD Golkar Sul-Ut itu mulai bersemai. Dalam sidang pleno DPRD Sul-Ut, medio November 1989 silam, Rantung terpilih kembali menjadi calon gubernur setelah memperoleh 34 suara. Ia mengalahkan dua calon lainnya, H.A. Nusi, S.E. (5 suara) dan Drs. P.P. Keppel (4 suara). Akhirnya, pada 3 Maret 1990 silam, Rantung resmi dilantik kembali oleh Menteri Dalam Negeri Rudini sebagai Gubernur Sul-Ut untuk masa bakti kedua. Betulkah Lengkey berambisi menjadi gubernur? "Saya sama sekali tak punya ambisi. Buktinya, pencalonan dan pelantikan Pak Rantung berjalan mulus," ujar Lengkey kepada TEMPO Ahad lalu, seusai main golf dan mengantar KASAD Jenderal Edi Sudrajat ke bandar udara Sam Ratulangi, Manado. Namun, Lengkey tak membantah soal adanya kemelut dalam organisasi yang dipimpinnya itu. "Saya sebenarnya menganggap tak ada apa-apa, meskipun saya merasakan ada sesuatu," ujarnya. Diakui bahwa ada sejumlah fungsionaris DPD Golkar Sul-Ut lainnya yang tak mau datang ke kantor. "Padahal, sudah diundang rapat," kata Lengkey. Dia tak tahu apa sebenarnya keinginan Kelompok 22 itu. "Saya tidak mendapat tembusan surat itu, yang katanya tentang diri saya." Kemelut ini akhirnya mau tak mau mengundang campur tangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar. "Ini kejadian yang pertama kali, ada pengurus yang tak suka kepada Ketua DPD," ujar Usman Hasan, Wakil Sekjen DPP Golkar. Toh kejadian ini bisa diambil hikmahnya, kata Usman, "yaitu mendorong warga Golkar agar lebih mementingkan asas musyawarah mufakat. Dan unsur Golkar yang harus dipentingkan daripada orang per orang." Kamis pekan silam Bendahara DPP Golkar Eric Samola, yang juga Koordinator Wilayah (Korwil) Sul-Ut, terbang ke Manado dengan misi mengakhiri konflik Lengkey vs Kelompok 22. Upaya Eric untuk mengakhiri pertikaian itu ternyata seret. "Lengkey berjanji mengadakan rekonsiliasi sampai awal Mei mendatang," ujar Eric. Tapi uluran damai dari Lengkey ini naga-naganya bakal ditampik oleh Kelompok 22 yang sudah patah arang itu. Kalau begini, "apa boleh buat DPP harus memilih salah satu," tutur Eric tegas. Tampaknya DPP Golkar memang harus memilih. Menurut sebuah sumber TEMPO, bila konflik terus berlarut-larut, Ketua Umum DPP Golkar Wahono bisa jadi akan menggeser Lengkey dari kursinya. Hal serupa tampaknya juga akan dilakukan terhadap Mesir Suryadi, yang kini menjabat Ketua DPRD I NTB. Ia dikabarkan juga pernah berambisi untuk menggaet kursi Gubernur NTB. Padahal, calon Golkar waktu itu adalah Warsito, yang kini menjabat Gubernur NTB (1988-1993) menggantikan Gatot Suherman, yang sudah habis masa baktinya yang kedua. "Recall terhadap Mesir Suryadi kini sedang diproses," ujar sumber TEMPO. Ahmed Kurnia S. dan Phil M. Sulu (Manado)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus