Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kecurigaan itu masih ada

Kini muncul perhatian pada lemkari (lembaga karyawan dakwah islam) di kediri, setelah tim komisi ix dpr meninjau pesantren lirboyo, kediri. menurut tim itu lemkari masih serupa dengan islam jamaah.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARKAS Lemkari di Pondok Burengan, Kediri, Ja-Tim, itu kelihatan tertutup. Di pintu gerbangnya, beberapa santri selalu siap berjaga-jaga. Jangankan orang asing, di gerbang itu, setiap calon santri yang mau mondok bakal ditanyai surat-surat dari desanya. "Biar tidak kebobolan orang yang mau mengacau," kata salah seorang di antara mereka. Kegiatan Lemkari (Lembaga Karyawan Dakwah Islam) di Kediri, yang sering dituding sebagai penerus aliran Islam Jamaah yang pernah dilarang pada 1971, itu memang misterius. Bahkan, siapa yang jadi pengurus Lemkari di Kabupaten Kediri sendiri tak banyak yang tahu. Menurut Letkol. Soeyitno, Kakansospol Kabupaten Kediri, kegiatan Lemkari diawasi terus. Hanya saja, "Belum tampak ada penyimpangan," ujarnya. Tak heran, kalau Lemkari di Kediri masih dianggap "aman". Tidak seperti kepengurusan Lemkari Ja-Tim, yang jelas-jelas dibekukan oleh Gubernur Ja-Tim pada November 1988. Sedangkan kegiatan Lemkari di tingkat kabupaten, kabarnya diserahkan ke Pemda masing-masing. Perhatian pada Lemkari ini muncul lagi setelah pekan lalu Tim Komisi IX DPR, dipimpin Wakil Ketuanya Soeryo Mardjiyo, meninjau Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Ja-Tim. Menurut mereka, ada indikasi bahwa kegiatan ala Islam Jamaah itu masih berjalan. Antara lain lewat Djamaah Mobil Club (DMC) yang dinilai meresahkan masyarakat. Namun Syamsuddin Zahar, Sekjen Lemkari, membantah. Menurut dia, DMC itu muncul tatkala Lemkari mendukung Golkar -- dalam Pemilu 1971 -- dengan mengerahkan ratusan motor tua yang bergerak dari Surabaya ke Stadion Utama Senayan. Merk DMC kemudian lekat, dan tetap terpampang di pondok-pondok pesantren di Kediri, Ja-Tim. Jadi, DMC itu mengandung nilai nostalgia. "Kalau benar Lemkari membangkitkan DMC, dalam arti kegiatannya, tindak saja dia. Tapi, jangan organisasi Lemkarinya," ujar Syamsuddin. Di wilayah Kediri sendiri, DMC memang hidup dan tampak berkembang. Ia juga bergerak di bidang bisnis. Misalnya, perkebunan, persawahan, pertokoan, pompa bensin. Namun, belum bisa dipastikan bahwa DMC memang meneruskan kegiatan Islam Jamaah. Memang sulit membedakan antara orang-orang Islam Jamaah dan orang Islam lainnya. Para wanitanya, misalnya, bisa sama-sama mengenakan jilbab. "Kami sering menyangka kawan, tapi tidak tahunya orang Islam Jamaah," kata K.H. Misbach, Ketua Umum MUI Ja-Tim. Orang Islam Jamaah, katanya, memang pandai menyembunyikan keyakinan mereka sebenarnya. Bupati Kediri Amon pun mengakui sulitnya mengikis ajaran Islam Jamaah. Mungkin, kondisinya tidak segamblang tatkala Darul Hadits, yang mengakui Hasan Ubaidah, alias Muhammad Madigol, sebagai satu-satunya amir (memimpin) -- dan tampak terbuka. Pengikut ajaran itu hanya taat kepada amirnya. Untuk menyelesaikan soal Islam Jamaah di Kediri itu, sebenarnya, MUI Ja-Tim punya konsep penyadaran para penganutnya. Yakni, pembinaan dan pengarahan terus-menerus. Menurut K.H. M. Abdullah Ma'shum Jauhari, Ketua Yayasan Pondok Lirboyo, di Kediri, mestinya semua aparat kompak. "Pemerintah saja tak cukup. Harus ada keikutsertaan ulama, karena ini menyangkut akidah," kata kiai dari pondok yang punya lebih dari empat ribu santri itu. Langkah pertama, tambahnya, harus membubarkan organisasinya, baru kemudian diinsyafkan. Namun, menurut Sekjen Lemkari Syamsuddin Zahar, sikap Pemerintah terhadap bekas pengikut Islam Jamaah -- yang bernaung di bawah panji Lemkari -- sudah jelas. Yakni, Pemerintah tak akan membubarkan Lemkari. Saran Pemerintah, katanya, pun diperhatikan. Misalnya, beberapa istilah dalam struktur organisasinya, seperti senat, komisariat, sudah diubah. Suhardjo Hs., Ahmadie Thaha, Herry Mohammad, dan M. Baharun (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus