Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menghadiri penutupan Musyawarah Besar Pemuda Pancasila (PP) yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Senin, 28 Oktober 2019. Ma'ruf memberi arahan penutup, setelah Presiden Joko Widodo membuka musyawarah ini pada Sabtu lalu.
Ma'ruf tiba sekitar pukul 10.00 WIB dengan mengenakan kemeja batik dengan motif loreng oren hitam, seperti ciri khas seragam Pemuda Pancasila. Ia disambut oleh Ketua Umum PP Japto Soerjosoemarno dan Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo, yang juga mengenakan pakaian serupa.
Di awal sambutannya, Ma'ruf mengaku merasa lebih muda dengan berada di acara itu. "Di depan para pemuda, saya merasa kembali muda. Tapi bukan umurnya yang kembali, umur tidak bisa kembali. Tapi semangatnya yang harus kembali," kata Ma'ruf.
Semangat para pemuda ini, kata Ma'ruf, yang harus terus dijaga agar tetap berkobar. Semangat ini pula yang kemudian membuat Sumpah Pemuda dikumandangkan pertama kali pada tanggal yang sama, 91 tahun lalu.
"Artinya orang muda yang menyadari pentingnya ke-Indonesiaan, persatuan, dan kebangsaan," kata Ma'ruf.
Ma'ruf mengatakan pemuda pula yang kemudian mendorong perlawanan terhadap penjajahan dan mengusahakan terjadinya kemerdekaan. Hal ini yang kemudian menelurkan Pancasila sebagai dasar negara.
Sebagai kiai, Ma'ruf tetap menjelaskan situasi itu dalam perspektif Islam. Ia mengatakan dalam islam, Pancasila adalah titik temu yang menyatukan kesepakatan seluruh rakyat Indonesia, dan menjadi kesepakatan nasional.
Karena itu, Ma'ruf mengatakan apa pun perjuangannya, baik dakwah maupun politik, harus berada dalam bingkai Pancasila. "Maka semangat kita harus terus bagaimana mengawal Pancasila, supaya Pancasila tetap abadi. Ini saya kira semangat ini tidak boleh pudar," kata Ma'ruf.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini