Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Masih seribu lowongan

11 Agustus 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMENTARA calon mahasiswa di beberapa IKIP yang gagal tes bakat V mengajukan protes, di beberapa tempat lembaga pendidikan guru itu ternyata mash ada lowongan seribu bangku kuliah. Yakni, di IKIP Manado dan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di tujuh universitas negeri, antara lain Universitas Tadulako (Palu) Universitas Cenderawasih Jayapura) dan Universitas Palangkaraya (Palangkaraya). Ini membuktikan bahwa mmat lulusan sekolah menengah untuk menjadi guru memang tidak banyak. Pekan ini, 10 dan 11 Agustus, di kedelapan perguruan tinggi itu diadakan tes susulan untuk memenuhi daya tampung. Memang sudah sejak lama ada dugaan, animo masuk IKIP atau FKIP rendah. Tapi, sewaktu sistem tes masuk perguruan tinggi negeri masih Proyek Penntis, soal ini tak tampak benar. Sebab, tes masuk IKIP yang disebut tes PP IV diadakan di hari berlainan, belakangan setelah tes masuk universitas, yang digabung dalam tes PP I dan III. Hingga, calon mahasiswa bisa mengikuti dua tes. Bila gagal tes masuk ke universitas, baru mereka memilih masuk IKIP - asal jadi mahasiswa. Sebaliknya, yang diterima di kedua-duanya, biasanya akan memilih masuk umversitas. Di IKIP Yogya pernah terjadi, tiga tahun lalu, 90 calon mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta yang diterima, yang mendaftarkan diri cuma 10 orang. Terpaksa 80 peringkat di bawahnya dipanggil untuk masuk. Akibatnya, sudah jelas, kualitas mahasiswa IKIP kurang. Mohammad Nur, dosen IKIP Surabaya, pernah mengadakan penelitian tentang mutu akademis mahasiswa di empat IKIP (Bandung, Yogya, Surabaya, dan Ujungpandang). Hasilnya, kualitas akademis mereka memang rendah (TEMPO 17 Juli 1982). Dengan diberlakukannya Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru mulai tahun ini calon mahasiswa tak mungkin lagi mengikuti dua tes. Tes diadakan hanya sekali secara serentak. Kemungkinan IKIP dan FKIP tak mendapatkan mahasiswa yang cukup sudah diperhitungkan. "Ini untuk sekalian membuktikan kepada masyarakat bahwa minat menjadi guru kecil," kata Sidharto Pramoetadi, ketua Sipenmaru Pusat. Dan bila memang terjadi, akan diadakan tes susulan - seperti yang pekan ini dilangsungkan. Sebenarnya, menurut Dirjen Pendidikan Tinggi Sukadji, di IKIP yang lain pun daya tampung tak terpenuhi sepenuhnya. "Di IKIP Jakarta, misalnya, masih ada 50 bangku lowong," kata Dirjen. Tapi angka ini belum dianggap gawat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus