LULUS tes ilmu pengetahuan dalam tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), bagi calon mahasiswa jurusan pendidikan kesenian dan olah raga, ternyata belum cukup. Mereka diharuskan menempuh yang disebut tes khusus atau tes bakat. Untuk Jurusan tertentu ini kemampuan berbahasa Inggris dan bagusnya perbendaharaan ilmu pengetahuan sosial si calon, misalnya, bisa tak ada artinya bila mereka tak berbakat seni atau olah raga. Dan ini menimbulkan masalah. Pekan lalu Fakultas Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan (FPOK) IKIP Surabaya terpaksa menyalurkan 41 calon mahasiswanya yang gagal dalam tes khusus ke jurusan lain. Kebijaksanaan ini diambil rektor, agaknya, mengikuti kebijaksanaan yang diterapkan di IKIP Bandung, akhir Juli lalu. Yakni, setelah sekitar 200 calon mahasis*a- FPOK dan mahasiswa Jurusan Seni Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Bandung yang gagal tes khusus mengajukan protes. Bahkan sebagian di antaranya melaporkan ikhwalnya ke DRPD Bandung. Maka, atas persetujuan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Sukadji Ranuwihardjo, Rektor berusaha menambah daya tampung di kedua fakultas itu. Dan akhirnya semua calon mahasiswa diterima saja. "Tapi kebijaksanaan itu bukan karena ada mahasiswa protes," kata Sukadji kepada TEMPO, Senin pekan ini. Hal ini, katanya sudah dipikirkan jauh sebelumnya. Yakni, mengingat "Sebenar nya yang berminat ke IKIP tidak banyak" (Lihat: Box). Dan sebenarnya ke resahan itu tak hany. muncul di Surabaya dar Bandun. Tua di Fakultas Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Solo, IKIP Yogyakarta, dan beberapa IKIP negeri yang lain. Misalnya, sekitar 10 calon mahasiswa yang gagal tes khusus di IKIP Yogya pun mendatangi DPRD Yogyakarta. Itu semua mereka lakukan pada akhir Juli lalu, setelah hasil tes khusus yang dilaksanakan pada 21 Juli diumumkan. "Kami tidak puas," kata Budi Prasetyo, lulusan SMAN II Purwokerto, yang mendaftarkan diri ke FPOK IKIP Yogya. "Masa tes khusus yang lima menit bisa menggugurkan tes tertulis yang sulitnya setengah mati. Sebenarnya tes khusus atau tes bakat itu bagi jurusan pendidikan kesenian dan olah raga sudah dilakukan sejak dulu, sejak Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru masih bernama Proyek Perintis. Bedanya, dalam sistem Sipenmaru tes khusus diadakan setelah calon mahasiswa lulus tes tertulis, sedangkan dalam sistem Proyek Perintis tes khusus jadi satu paket dengan tes tertulisnya.Adapun tes khusus untuk jurusan seni rupa adalah melukis. Untuk jurusan olah rasa menendang bola, atau melemparkan bola ke sasaran tertentu sambil berlari. "Bagaimana calon mahasiswa olah raga, misalnya, mengkoordinasikan gerak tangan dan kaki, dan pandangan mata," kata Suharto, ketua panitia tes khusus IKIP Yogya, "menunjukkan adanya bakat atau tidaknya dalam bidang olah raga." Yang kemudian bisa dipersoalkan yakni seberapa jauh tes bakat menjamin keberhasilan atau kegagalan mahasiswa kesenian dan olah raa itu. Menurut Nu'man Somantri rektor IKIP Bandung, berdasarkan pengalaman yang sudahsudah, mahasiswa yang gagal di kedua jurusan itu adalah yang tes bakatnya rendah. Lalu bagaimana rektor harus mempertanggungjawabkan kebiiaksanaan menerima juga yang gagal tes khusus? Nu'man tak menjawab. "Tak ada masalah lagi. Ini semua sudah ditentukan pusat," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini