Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ASLINYA dia bernama Buasyim. Lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, 5 Juni 1952, teman-temannya mengenalnya sebagai anak pendiam. ”Dia rajin dan tak banyak bicara,” kata Hidayat Achyar, pengacara yang pernah menjadi teman sekelas Buasyim ketika sekolah di SMP Negeri 2 Surabaya. Di sekolah menengah itu, Buasyim aktif di kepanduan. Tamat SMP, ia melanjutkan ke SMA Negeri 4 di kota yang sama dan pada 1971 hijrah ke Jakarta. ”Di Ibu Kota, namanya berubah menjadi Bahasyim Assifie,” kata teman sekolahnya yang lain.
Di Jakarta, Bahasyim ditampung di rumah kakaknya yang bekerja di Jawatan Pajak. Sesekali ia diminta mengerjakan media internal kantor pajak sebagai fotografer. ”Jadi tukang foto acara kantor untuk dimuat di buletin pajak,” kata seorang pensiunan Direktorat Jenderal Pajak.
Jeprat-jepret, pergaulannya meluas. Dia kenal wajib pajak yang kerap hilir-mudik di kantor pajak. Sebagian dari mereka minta tolong Bahasyim dihubungkan dengan pejabat di sana. ”Dia semacam makelar kasus,” kata si pensiunan tadi.
Ketika Direktorat merekrut pegawai baru, Bahasyim melamar dan diterima. Di kantor barunya ia tercatat sebagai pegawai dengan nomor induk 060046977. Ia juga melanjutkan sekolah di Universitas 17 Agustus, Jakarta, untuk kemudian melanjutkan program magister dan doktoral di Universitas Indonesia. Pada 2004 dia dikukuhkan menjadi doktor bidang ilmu administrasi dengan disertasi berjudul ”Analisis Kinerja Organisasi dengan Pendekatan System Dynamics”.
Sukses meraih gelar, Bahasyim sukses pula di karier. Pada 2007, ia adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Koja untuk kemudian dipindah menjadi Kepala Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Palmerah. Pada 2008, ia pindah ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, adalah Ketua Bappenas Paskah Suzetta sendiri yang meminta Bahasyim dipindah ke lembaganya. Di lembaga itu Bahasyim menjadi inspektur bidang kinerja kelembagaan, jabatan eselon dua.
Sejumlah sumber menyebutkan Bahasyim ditampung di Bappenas karena ia punya hubungan baik dengan Paskah Suzetta. Tapi Paskah menyatakan kepindahan Bahasyim ke lembaganya karena urusan profesional saja. Kata Paskah, seperti dikutip Koran Tempo, track record Bahasyim baik dan ia menyandang gelar doktor ilmu administrasi. Selain dengan Paskah, Bahasyim lengket dengan Hadi Poernomo, bekas Direktur Jenderal Pajak yang kini menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan. Ketika Hadi mantu, Bahasyim menjadi among tamu.
Menurut Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Syahrial Loetan, di lembaganya Bahasyim tak punya prestasi. ”Tak ada yang spesial, cenderung introvert.” Semula Syahrial berharap kepindahan Bahasyim dari Direktorat Jenderal Pajak ke Bappenas bisa memberikan kontribusi besar. Belakangan, ”Saya kaget dia diduga punya uang mencurigakan sebesar itu,” kata Syahrial.
Kuasa hukum Bahasyim, John K. Aziz, menyatakan kliennya orang baik. Ketika tahu namanya disebut-sebut media, ia datang sendiri ke Kepolisian Daerah Metro Jaya. Kata Aziz, ”Jika bukan orang baik, mana mungkin punya inisiatif seperti itu.”
Dwidjo U. Maksum, Anne L. Handayani, Sunudyantoro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo