BALI sebelah timur, sebelum tahun 1960-an adalah daerah kaya.
Panen padinya tidak kalah dengan Bali sebelah barat. "Tapi
ketika Pebruari 1963 Gunung Agung meletus - setelah istirahat
120 tahun kekayaan itu lenyap. Lebih dari 100.000 Ha tanah
pertanian yang kering, 16.000 Ha sawah yang irigasinya cukup
baik tersumbat. Ada karena salurannya bobol dihantaui lahar, ada
pula karena sawah itu sendiri berubah menjadi gurun pasir. Dari
sekian sawah yang rusak, di antaranya 10.000 Ha irigasinya sudah
dibangun kembali sedang 6.000 Ha masih dalam perencanaan. Dan
petani yang terakhir merasa lega adalah mereka yang punya sawah
di Subak Sampalan Subak Gunaksa dan Subak Toya Cau - ketiganya
terletak di Kabupaten Klungkung. Pada 4 Desember lalu, air sudah
mengalir ke daerah itu, setelah Menteri PUTL Ir. Sutami
meresmikan pembangunan cek dam Tukad Unda.
Ir. Tjokorda Gde Agung, Kepala PU Propinsi Bali, sekaligus
pimpinan proyek menyebut pembangunan cek dam ini sebagai karya
besar. Cek dam di Tukad Unda itu sendiri mulai dikerjakan tahun
anggaran 1974-1975 dengan biaya Rp 68.164.000. Tahun berikutnya
bangunan yang dikerjakan PT Hutama Karva Cabang IV dapat biaya
lagi Rp 105.100 000. Pertengahan 1975 jebol dihantam banjir,
lalu dapat tambahan biaya dari pusat sebesar Rp 7.480.000.
Belum juga karya besar itu rampung. Tahun 1976/77 didrop lagi
biaya Rp 27,5 juta. Awal tahun ini jebol lagi sebagian tapi
cukup meminta korban, karena termasuk banjir ganas. Pusat pun
mendrop uang Rp 40 juta lagi.
Akan halnya saluran dari cek dam ini menuju Subak Sampalan
dikerjakan dalarn. 3 tahap oleh tiga pemborong. Tahun 1973/74
dibuat saluran induk dan terowongan di bawah desa sepanjang 540
meter dikerjakan PT Nindya Karya dengan uang Rp 20 juta. Tahun
1974/75 bagian akhir terowongan sampai ke Subak Sampalan dengan
biaya Rp 12.3.94.000. Karena cek dam sebagai sumber pembawa air
belum selesai, saluran muka--yang langsung mencium mulut sungai
Unda - baru dikerjakan 1976/77. Tentang saluran menuju Subak
Toya Cau ke arah barat tidak sesulit yang ke timur, karenanya
cukup dikerjakan sekali gebrak tahun anggaran 1975/76 dengan
biaya Rp 9 juta.
Beras Sampalan
Sampai di mana manfaat proyek yang menelan biaya keseluruhan Rp
309. 128.000 itu? Ir. Tjokorda Agung melaporkan secara ringkas
kepada Menteri PUTL ir. Sutami begini. Yang ke kiri-menuju Subak
Sampalan dan Gunaksa 800 Ha sawah berfungsi kembali.
Perinciannya yang 600 Ha betul-betul langsung bisa dimanfaatkan,
karena sawahnya tidak tertimbun lahar, cuma salurannya macet.
Yang 200 Ha -- kini masin berbentuk padang pasir berbatu -
diharap dalam 2 tahun ini sudah kembali menjadi sawan. Sedang
yang ke kanan menuju Subak Toya Cau seluas 1.000 Ha sawah bakal
basah oleh air dari cek dam Tukad Unda ini.
Selain 1.800 Ha sawah diuntungkan oleh proyek ini, jembatan yang
menghubungkan Klungkung - Amlapura mehjadi aman. Dan yang tak
kalah pentingnya tentu cek dam ini akan mampu mengatur turunnya
material lahar di kaki Gunung Agung yang biasanya mengalir deras
bersamaan dengan banjir yang konon rutin. Ir Agung memperkirakan
masih ada 11,77 juta meter kubik lahar yang akan turun ke Tukad
Unda yang yang harus dijinakkan. Gunung Agung tatkala mengamuk
itu diperkirakan memuntahkan lava, ladu (lahar), batu dan pasir
sekitar 300 juta meter kubik.
Dengan diresmikannya cek dam ini oleh Menteri Sutami Bali
sebelah timur diharapkan bisa memenuhi kebutuhan produksi
pangannya. "Beras Sampalan" yang konon dulu dikenal merajai
daratan Bali, boleh jadi kembali menemui masa jayanya, tahun
mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini