Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Merangsek ke Kandang Banteng

Kubu Prabowo-Sandiaga berencana memindahkan markas pemenangan ke Jawa Tengah. Disebut mengusik Jokowi.

15 Desember 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam acara deklarasi pemilu damai di kawasan Monas, Jakarta Pusat, September 2018. Dok TEMPO/Fakhri Hermansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERJARAK sekitar satu kilometer dari rumah Presiden Joko Widodo di Jalan Kutai Utara, Solo, Jawa Tengah, bangunan seluas 6.000 meter persegi itu dipenuhi peraga kampanye bergambar Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Di pagarnya, terpacak umbul-umbul bergambar pasangan nomor urut dua tersebut. Spanduk bertulisan “Posko Pusat Pemenangan Prabowo-Sandiaga Solo Raya” membentang di dinding bangunan bercat jingga itu.

Gedung bekas toko swalayan yang berada di Klodran, Colomadu, Kabupaten Karanganyar, yang berbatasan langsung dengan Solo, itu adalah salah satu bakal markas Prabowo-Sandiaga di Jawa Tengah. “Gedung ini salah satu alternatif,” ujar Joko Kanigoro, salah seorang kader Gerindra Jawa Tengah, Kamis pekan lalu.

Menurut Joko, bangunan tersebut milik salah seorang kader Gerindra, partai Prabowo. Sejak Agustus lalu, gedung itu sebenarnya sudah digunakan sebagai pos Padi, organisasi pendukung Prabowo-Sandiaga, wilayah Solo Raya. Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Djoko Santoso, yang meresmikannya.

Prabowo-Sandiaga berencana masuk ke Jawa Tengah, yang menjadi kantong suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sekaligus Jokowi. Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Ferry Juliantono, mengatakan pemindahan markas merupakan strategi untuk memecah suara. “Jawa Tengah menjadi medan tempur karena pada 2014 kami kalah,” ujar Ferry.

Dalam pemilihan presiden 2014, pasangan Prabowo-Hatta Rajasa keok di Jawa Tengah. Mereka meraup 33,35 persen suara, kalah telak oleh Jokowi-Jusuf Kalla, yang mendapat 66,65 persen suara. Di provinsi itu, dalam pemilihan umum empat tahun lalu, PDI Perjuangan, partai Jokowi, menangguk 24,5 persen suara, paling tinggi dibandingkan dengan partai lain. Suara terbesar partai banteng datang dari Solo Raya, yang menyumbangkan sekitar 20 persen suara dalam kemenangan di Jawa Tengah.

Ferry meyakini suara Jokowi di Jawa Tengah masih bisa digoyang. Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, mengklaim, berdasarkan survei internal tim pemenangan pada akhir November lalu, selisih suara antara Jokowi dan Prabowo di Jawa Tengah kian tipis. “Sekarang hanya terpaut 10-12 persen. Enggak lagi seperti 2014, yang selisihnya mencapai 30 persen,” kata Andre. Tapi dia tak menunjukkan rincian datanya.

Hasil survei itulah yang mendorong Sandiaga banyak berkiprah di Jawa Tengah. Rencana itu dilontarkan Sandiaga kepada anggota Badan Pemenangan Nasional dalam rapat yang digelar pada Ahad tiga pekan lalu di MesaStila, resor miliknya di Magelang, Jawa Tengah. Rapat itu antara lain dihadiri Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said; dan Ketua Gerindra Jawa Tengah, Abdul Wachid. “Di situ Pak Sandi bilang, ‘Kita harus pindah ke Jawa Tengah’,” ujar Wachid.

Strategi mendulang suara juga dibahas. Wachid mengatakan pos komando tak hanya didirikan di satu titik, tapi bakal tersebar di sejumlah wilayah. Misalnya, Sandiaga bakal bermukim di Magelang atau Salatiga. Lokasi itu dipilih karena letaknya strategis. Ketua Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga, Djoko Santoso, yang bakal menyasar Solo Raya. “Pak Djoko kan asalnya dari Surakarta,” ujar Wachid.

Adapun Prabowo, kata Wachid, akan lebih banyak berada di Banyumas, yang merupakan kampung leluhurnya, dan Jawa Timur. “Kalau Pak Prabowo, kan, Banyumasan. Sedangkan Jawa Timur butuh perhatian juga,” katanya. Strategi itu akan dijalankan mulai Januari mendatang.

Jaringan “relawan” juga dikerahkan. Sudirman Said, yang didapuk sebagai pemimpin “relawan” di Jawa Tengah, bakal menghidupkan lagi jaringan pendukungnya dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah. “Relawan” ini pula, kata bekas calon Gubernur Jawa Tengah itu, yang akan menjalankan strategi “multi-level marketing” dan “pintu-ke-pintu” untuk menarik calon pemilih.

Menambah gebyar Prabowo-Sandiaga di Jawa Tengah, Sudirman bakal membekali mereka dengan spanduk yang bertulisan “Relawan Pemenangan Prabowo-Sandiaga”. “Mereka akan memasang spanduk itu di depan rumahnya,” ujar bekas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Kabinet Kerja tersebut.

Dengan cara itu, Sudirman meya-kini bisa merebut banyak suara. Menurut dia, perolehan suaranya dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada Juni lalu menunjukkan Jawa Tengah bukan lagi kandang banteng. Pasangan Sudirman-Ida Fauziyah, yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa, Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera, mendapat suara 41,22 persen. Lawannya, Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen Zubair, mengantongi 58,78 persen suara. Hasil ini melampaui perkiraan yang menyebutkan Ganjar-Yasin bisa unggul di atas 70 persen.

Untuk memecah suara PDI Perjuangan, tim pemenangan bakal mengerahkan adik Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, ke kantong-kantong merah. Di antaranya Rembang, Pati, dan Solo Raya. Sedangkan Sudirman Said, kata Abdul Wachid, akan sering turun ke daerah Kebumen, Brebes, dan Tegal. Di tiga wilayah itu, dalam pemilihan gubernur lalu, Sudirman-Ida menang.

Tidak sekadar turun ke lapangan, tim pemenangan Prabowo-Sandiaga dari Jakarta juga akan menyorot masalah ekonomi lokal. Di pesisir utara Jawa Tengah, menurut Wachid, mereka akan mengusung isu larangan cantrang bagi nelayan yang sempat diberlakukan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Dengan berbagai upaya itu, Wachid meyakini suara Prabowo-Sandiaga mencapai 42 persen. “Kalaupun kalah, setidaknya kami bisa memperkecil selisih suara,” ujarnya.

Rencana kubu Prabowo-Sandiaga merangsek ke kandang banteng rupanya mengusik perhatian inkumben. Pada Senin pekan lalu, Jokowi memanggil Ketua Tim Kampanye Daerah Jawa Tengah Bambang Wuryanto ke Istana untuk menanyakan potensi perubahan konstelasi di provinsi tersebut.

Dimintai konfirmasi, Bambang Wuryanto membenarkan adanya pertemuan tersebut. Kepada Jokowi, dia menyampaikan bahwa strategi lawan sulit berhasil. “Hasil survei tim kampanye daerah menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf masih 70 persen,” tutur Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan di Dewan Perwakilan Rakyat itu. Jokowi, kata Bambang, minta suara pasangan nomor urut satu di sana bisa mencapai 80 persen. “Strateginya seperti apa? Itu ada di tangan Pak Presiden,” ujarnya.

Pihak Istana belum menanggapi pertemuan tersebut. Juru bicara kepresidenan, Johan Budi Sapto Pribowo, tak memberikan jawaban. Sekretaris Kabinet Pramono Anung tak mengangkat telepon, tapi merespons lewat pesan WhatsApp. Ia memberikan jawaban lain ketika ditanyai soal pertemuan itu.

Bambang meyakini suara Prabowo-Sandiaga tak akan melonjak hanya dengan memindahkan markas ke Jawa Tengah. “Memindahkan markas tidak sama dengan memindahkan hati pemilih,” katanya.

Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah Muhammad Yusuf Chudlori alias Gus Yusuf mengklaim suara Sudirman-Ida dalam pemilihan gubernur lalu banyak disumbangkan kaum nahdliyin. Ida adalah politikus PKB yang juga mantan pengurus Fatayat, organisasi perempuan Nahdlatul Ulama. “Suara yang signifikan datang dari kaum perempuan NU,” ujarnya.

DEVY ERNIS, PRAMONO, AHMAD RAFIQ (JAWA TENGAH)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus